BAB I
PENDAHULUAN
Banyak orang mengeluh
tentang “tidak bisa menyisir rambut, tidak bisa memasang BH, tidak bisa
mengambil dompet dari saku belakang”.karena rasa nyeri yang hebat sewaktu
melakukan gerakan-gerakan tersebut. Dan biasanya bukan hanya rasa nyeri yang
dirasakan, tetapi juga ada keterbatasan gerak sendi bahu ketika gerakan di
sendi glenohumeral dilakukan. Istilah untuk semua gangguan pada sendi bahu yang
menimbulkan nyeri dan pembatasan lingkup gerakan disebut Frozen shoulder.
Pada sendi glenohumeral
terdapat banyak jaringan, baik jaringan miofasial maupun jaringan tulang yang
berpotensi untuk terkena gangguan. Pembatas lingkup gerakan di sendi bahu
akibat gangguan miofasial sering dikelompokkan juga dalam frozen shoulder, sehingga
termasuk di dalamnya Bursiris Akromialis, Tendinitis Supraspinatus, Tendinitis
Bisipitalis, yang tepatnya digolongkan dalam kelompok periarthritis.
Pembagian Frozen
shoulder :
1.
Periarthritis
a.
Tendinitis
Supraspintus
b.
Tendinitis
Bisipitalis
c.
Bursitis
Akromialis
2.
Kapsulitis
Adehesive
Penderita kapsulitis
adhesive juga menyajikan keluhan yang sama seperti pada penderita
periarthritis, yaitu tidak dapat menyisir rambut karena nyeri dan bagian di
depan samping bahu. Nyeri pada daerah tersebut terasa jika lengan digerakkan
secara aktif, ini berarti bahwa gerakan aktif dibatasi nyeri. Tetapi bila
gerakan pasif diperiksa, maka ternyata gerakan tersebut pun terbatas karena
adanya sesuatu yang disebabkan oleh perlengketan. Bila diperiksa, maka nyeri
yang dirasakan bagian depan dan samping bahu menjalar ke lipatan siku dan ke
permukaan anterior lengan bawah serta ke daerah otot pectoralis
Keterbatasan sendi bahu
(kaku pada bahu) dikaitkan dengan kapsula adhesive secara langsung disebabkan
oleh :
1.
Causa
Primair
a.
Pengerutan
/ atropi dari hampir seluruh atau sebagian kapsula sendi glenohumeral pada
bagian anterior dan caudal
b.
Perlengketan
antara kapsula sendi jaringan lunak disekitarnya
c.
Penurunan
tingkat elastisitas kapsula sendi
2.
Causa
Sekundair
a.
Adanya
nyeri saat sendi diupayakan bergerak / digerakkan (mobilisasi)
b.
Kelemahan
otot di sekitar bahu
Keadaan bahu seperti di atas
dapat diawali dengan tendinitis Supraspinatus / Bisipitalia atau Bursitis Acromialis,
karena tidak diobati dan gerakan di sendi bahu yang menimbulkan nyeri tidak
dilatih, maka lama kelamaan menimbulkan perlengketan.
Frozen shoulder dapat
terjadi selain karena gangguan miofisial “rotator cuff”, dapat pula dikarenakan
oleh Diabetes Melitus, “disuse” dari sendi bahu yang sering terjadi pada stroke
/ Hemiparese / Hemiplegia, Immobilisasi (fraktur, dislokasi, operatif).
Kebanyakan penderita frozen shoulder adalah wanita yang umur di atas 40
tahun.
BAB II
ANATOMI FISIOLOGI
Glenohumeral Joint (Shoulder
Joint) dibentuk oleh caput humeri yang bersendi dengan cavitas glenoidalisyg
dangkal. Glenohumeral joint termasuk sendi ball and socket joint, tetapi
merupakan sendi yang paling bebas pada tubuh manusia.
Caput humeri yang berbentuk
hampir setengah bola, memiliki area permukaan 3-4 kali lebih beasar dari pada
fossa glenoidalis scapula yang dangkal sehingga memungkinkan mobilitas yang
tinggi pada shoulder.
Fossa glenoidalis diperkuat
oleh sebuah bibir / Labrum Fibrokartilago yang mengelilingi tepi fossa, disebut
dengan”Labrum Glenoidalis”. Labrum ini dapat membantu menambah stabilitas
glenohumeral joint. Bagian atas kapsul diperkuat oleh ligament coracohumeral
dan bagian anterior kapsula yang diperkuat oleh 3 serabut ligament glenuhomeral
yang lemah (Ligamen glenohumeral superior, middle dan inferior)
Ada 4 tendon otot yang
memperkuat kapsula sendi yaitu subscapularis, supaspinatus, infrapinatus dan
teres minor, yang dikenal dengan “rotator cuff” dan juga dibantu oleh
kontribusi terhadap gerakan rotasi humerus, dan keempat tendonnya membentuk
collageneus cuff di sekitar sendi shoulder (membungkus shoulder pada sisi
superior, posterior dan anterior). Ketegangan dari rotator cuff muscle dapat
menarik caput humerus ke arah fossa hlenoidalis sehingga memberikan kontribusi
yang signifikan terhadap stabilitas sendi.
Glenohumeral joint merupakan
sendi yang paling mobile karena menghasilkan gerakan dengan 3 DKG
(Fleksi-Ekstensi, Abduksi-Adduksi, Endorotasi-Eksorotasi) dan sirkumdaksi. Pada
gerakan fleksi-ekstensi terjadi artrokinematika yaitu spin, gerakan
abduksi-adduksi terjadi gerakan arthrokinematika yaitu cauda-cranial slide,
gerakan eksorotasi-endorotasi terjadi gerakan arthrokine matikan yaitu
ventral-dorsal slide.
BAB III
PATOLOGI TERAPAN
Frozen Shoulder Akibat Tendinitias Supraspinatus
Otot supraspinatus dengan
tendonnya sering menjadi korban pekerjaan atau trauma. Karena bekerja terlampau
berat dan berkepanjangan dengan lengan yang harus mengangkat (kontraksi
isotonik) atau harus mendorong, menyangga (kontraksi isometric) dan sebagainya,
maka otot-otot rotator cuff bisa mengalami gangguan dan kerusakan.
Tendinitis supraspinatus ini
disebabkan oleh kerusakan akibat gesekan atau penekanan yang berulang-ulang dan
berkepanjangan oleh tendon otot biceps dalam melakukan gerakan ekstensi lengan
dan ke depan. Tendon otot supraspinatus dan tendon otot biceps bertumpang
tindih dalam melewati terowongan yang dibentuk oleh caput humeri yang dibungkus
oleh capsul sendi glenohumeral sebagai lantainya, dan ligamentum
ccoracoacromialis serta akromiom sebagai atapnya. Adakalanya berkus
neurovakuler yang mendampingi tendon otot supraspinatus ikut terjebak,s ehingga
terjadi ischemia otot supraspinatus.
Adanya gerakan atau
penekanan yang berulang-ulang akan diikuti dengan “proses peradangan akut”
proses peradangan akan ditandai dengan nyeri dan oedema pada sendi baku,
diikuti spasme otot sekitar shoulder dan fuctional lesa. Jika terjadi proses
peradangan fisiologi maka dalam 3 minggu keadaan ini menjadi baik, tetapi jika
berubah menjadi proses patologi maka akan terjadi proses peradangan berlanjut
yang ditandai dengan adanya; deformity, disability, atropi, oedema dan nyeri
yang terjadi pada daerah bahu.
1.
Frozen
/ Kaku / Keterbatasan Gerakan Glenohumeral Joint
Pada
tahap regenerasi (4 hari – 3 minggu) tidak berjalan sebagaimana mestinya, maka
nosisensorik tetap meninggi (proses radang terus berlanjut) penderita sulit
bergerak karena nyeri bahu, jaringan parut yang dihasilkan tidak maksimal
terulur, selain itu akibat proses peradangan kronis suplai makanan berkurang sehingga
terjadi atropi atau kematian jaringan pada kapsula sendi. Kapsula menjadi
mengerut terjadi perlengketan dan berkurang elastisitasnya. Atropi biasanya
terjadi pada hampir seluruh sisi kapsula (dominan anterior dan caudal) yang
ditandai dengan gerakan eksorotasi dan abduksi paling sering terbatas.
2.
Nyeri
Bahu / Pain
Proses
peradangan yang berlanjut bisa diakibatkan proses regenerasi jaringan tidak
terjadi. Nosisensorik tetap peka dengan NAR yang rendah. Keadaan ini
menyebabkan setiap pergerakan di bahu menimbulkan nyeri / sakit gerak. Nyeri
akan dirasakan pada C3-C4 sehingga otot-otot yang
dipersafinya bisa mengalami spasme seperti : M. Deltoid, M. Supra / Infra, M.
Teres Minor, yang berakibat menambah frozen shoulder
3.
Atropi
otot dan Kelemahan pada M. Deltoid, Supra / Infra
Keadaan
kronis pada bahu yang berulang dari 4 hari / 2-3 minggu ke atas menyebabkan
otot tidak dapat digunakan secara baik. Akibat nyeri, spasme pada Frozen, otot
cenderung tidak digunakan, akibatnya sifat fisiologi otot menurun. Serabut otot
(myofibril) mengalami atropi sehingga fleksibilitas dan ekstensibilitas
menurun. Atropi secara langsung berdampak pack fungsi motor unit saraf motorik
yang bertanggung jawab sehingga kekuatan otot akan menurun.
BAB IV
STATUS KLINIK
A.
Data-Data Medis Rumah
Sakit
Diagnosa :
Frozen shoulder
Catatan
klinis : -
Pemeriksaan Fisioterapi
- Anamnesis
a.
Umum
Nama : Hj.Haslinda
Umur : 51 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan :
Ibu rumah tangga
Alamat : BTN Minasa Upa Blok M2 no 2
b.
Khusus
Keluhan utama : Kaku dan nyeri
Lokasi keluhan : bahu bagian kanan
Sifat keluhan : Terlokalisir
Kapan terjadi : 6 bulan yang lalu
RPP : awalnya muncul rasa sakit secara
tiba-tiba kemudian Pasien jarang menggerakkan bahunya utamanya yang sebelah kanan sehingga terjadi
perlengketan dan nyeri tekan.
- Inspeksi
a.
Statik
-
Bahu
dalam keadaan asimetris (bahu
kanan lebih rendah daripada bahu kiri)
b.
Dinamis
Pasien
sulit memasang dan membuka BRA
Palpasi :
- nyeri tekan pada
M.Deltoideus pars anterior
- tidak ada oedem
- suhu pada shoulder
normal
- Pemeriksaan Fungsi
a.
Pemeriksaan
Fungsi Gerak Dasar
1. aktif
Fleksi :
Nyeri
Ekstensi :
Nyeri.
Endorotasi : Tidak nyeri
Exorotasi :
Nyeri.
Abduksi :
Nyeri
Adduksi :
Tidak nyeri
2.
Pasif
Fleksi :
Nyeri
Ekstensi : Tidak nyeri
Endorotasi : Tidak nyeri
Exorotasi :
Nyeri
Abduksi :
Nyeri
Adduksi : Tidak nyeri
3.
TIMT
Fleksi :
Nyeri
Ekstensi
: Nyeri
Endorotasi : Tidak nyeri
Exorotasi :
Nyeri
Abduksi :
Nyeri
Adduksi :
Nyeri
- Pemeriksaan Spesifik
a.
Yergason Test
Tujuan
: untuk mengetahui adanya tendinitis
bisipitalis
Teknik : Pasien memfleksikan elbow sampai 90°
dan supinasi lengan bawah, lalu pasien melakukan gerakan lateral rotasi lengan melawan tahanan.
Hasil : Nyeri +
b.
Apley Scratch Test
Tujuan
: untuk mengetahui adanya kapsulitis
adesive dan tendinitis bisipitalis pada bahu.
Teknik
: Pasien diminta menggaruk di daerah
sekitar angulus medialis scapula dengan tangan sisi kontralateral melewati
belakang kepala.
Hasil : Nyeri +
c. Pemeriksaan
VAS
Hasil :
7
d.
ADL
Test
a.
Menyisir
rambut
Hasil
: Tidak nyeri
b.
Memasang
tali BRA
Hasil
: Nyeri
c.
Mengambil
dompet di kantong belakang
Hasil : Tidak nyeri
d. ROM test
Fleksi 110° - 125°-135°
Ekstensi
45°
Adduksi 45°
Abduksi 70-°90°-115°
e.
Pengukuran
Nyeri
VAS
___________________________________
0 5 7 10
Hasilnya : 7
B.
Diagnosa
Gangguan aktivitas
fungsional dextra
akibat nyeri dan keterbatasan gerak sendi pada kondisi Frozen shoulder .
C.
Problematik
Fisioterapi
- Nyeri pada sendi bahu saat lengan kanan digerakkan
- Spasme otot deltoideus pars anterior
- Keterbatasan gerak sendi akibat nyeri dan kekakuan
D.
Peranan Fisioterapi
- Tujuan
a.
Jangka
Panjang
Mengembalikan dan
memaksimalkan kapasitas fisik dan kemampuan fungsional penderita
b.
Jangka
Pendek
-mengurangi
nyeri
-menambah
ROM
-memperbaiki
ADL
E.
Intervensi Fisioterapi
-
US
Teknik : Posisi pasien tidur bed, kemudian tranduser
diberi baby oil dan tranduser digosokkan pada daerah bahu pasien dengan teknik
transversal maupun longitudinal.
Dosis :
F : 3 x seminggu
I : 1 MHz
T : Kontak langsung
T : 10 menit
·
Traksi-Translasi
Teknik : Pasien tidur dalam posisi comfortable, pasien
rilex sepenuhnya kemudian Ftis menarik shoulder tepatnya caput humeri ke arah
latero ventro cranial.
·
Strengthening
Teknik : Pasien tidur terlentang dalam posisi
comfortable dan diberi penguatan otot-otot bahu.
F : 3 x seminggu
I : Toleransi pasien
T : Aktif asisted
T : 8x hitungan dengan 3x repetisi
Yailahh mas item gini gabisa kebaca pdhl lagi btuh banget
BalasHapus