Rabu, 26 Desember 2012

CINTA BUKAN UNTUK DIMILIKI (5 cm)

Cinta Sekali lagi Membuktikan Kekuatannya...
Cinta ada Untuk Cinta itu Sendiri, bukan untuk Dimiliki...
Cinta memang Ada Untuk Dicintai...
Cinta memang ada Untuk Diungkapkan...
Agar dapat menjadi Jembatan baru ke Pelajaran-Pelajaran kehidupan Manusia selanjutnya...

Cinta yang akan membuat Manusia lebih mengerti siapa Dirinya Dan siapa PenciptaNya...
Tidak ada Cinta yang lebih besar kecuali Cinta sang Pencipta kepada Mahluknya...
Tidak Ada Cinta yang bisa dimiliki oleh Manusia, kecuali Cinta dari Sang Pencipta...
Yang tidak pernah Berpaling dari Mahluk ciptaannya...
Sang Pencipta tidak pernah memberi apa yang Manusia Pinta...
Seperti CINTA , Ia memberi apa yang kita butuhkan...

Sabtu, 01 Desember 2012

"GENGGAMLAH YANG PEDULI PADAMU"

Percayalah seseorang...
Yang mampu merasakan kesedihanmu dibalik senyumanmu.
Yang mampu mengerti pikiranmu disaat engkau terdiam.
Yang mampu merasakan kasih sayangmu disaat kemarahanmu.
Kerana dialah yang akan bisa mengerti tentang dirimu.

Terkadang engkau harus berlari jauh..
Agar engkau tahu siapa yang akan datang kepadamu.

Terkadang engau harus berbicara pelan..Agar engkau tahu siapa yang masih mau mendengarkanmu.

Terkadang engkau harus melibatkan diri kedalam sebuah perbedaan..
Agar engkau tahu siapa yang masih akan membelamu.

Terkadang engkau harus mencoba mengambil keputusan yang kurang tepat..Agar engkau tahu siapa yang akan menunjukkanmu keputusan yang benar.

Terkadang engkau harus melepaskan orang yang sangat engkau cintai..
Agar engkau tahu apakah dia akan kembali setia di sisimu.

Sesungguhnya...

Ketika kita pergi bersembunyi hanyalah untuk ditemukan.
Ketika kita berjalan jauh hanyalah untuk melihat siapa yang masih setia mengikuti.
Ketika kita menangis agar kita tahu siapa yang dengan ikhlas menghapus air mata kita.

Dan dialah sebenarnya yang masih mempedulikan kita.
InsyaAllah...
 
#Mutiara Air Mata #

Jumat, 30 November 2012

Bicaralah Dengan Bahasa Hati



"Memaafkan adalah bentuk rasa cinta yang tertinggi dan yang terindah, sebagai imbalannya kita akan menerima kedamaian dan kebahagiaan yang tak terhingga. Kadang, sulit membiarkan cinta membimbing kita pada saat hati kita disakiti oleh orang lain. Tetapi, biarpun luka hati itu kecil atau besar kita tidak akan bisa benar-benar bahagia sebelum mau memberi maaf.

Tak ada musuh yang tak dapat ditaklukkan oleh cinta. Tak ada penyakit yang tak dapat disembuhkan oleh kasih sayang. Tak ada permusuhan yang tak dapat dimaafkan oleh ketulusan. Tak ada kesulitan yang tak dapat dipecahkan oleh ketekunan. Tak ada batu keras yang tak dapat dipecahkan oleh kesabaran. Semua itu haruslah berasal dari hati kita.

Bicaralah dengan bahasa hati, maka akan sampai ke hati pula. Kesuksesan bukan semata-mata betapa keras otot dan betapa tajam otak kita, namun juga betapa lembut hati kita dalam menjalani segala sesuatunya. kita tidak akan dapat menghentikan tangis seorang bayi hanya dengan merengkuhnya dalam lengan yang kuat. Atau, membujuknya dengan berbagai gula-gula dan kata-kata manis. kita harus mendekapnya hingga ia merasakan detak jantung yang tenang jauh di dalam dada kita.

Mulailah dengan melembutkan hati sebelum memberikannya pada keberhasilan kita."

Orang yang mempesona adalah mereka yang selalu baik pada orang lain. Jangan pernah merasa dendam sekalipun kepada orang lain, bahkan kepada mereka yang pernah menyakiti kita.

~"Mutiara Air Mata Muslimah"~
 


Selasa, 20 November 2012

MENUNGGUMU

Cinta adalah meminta semuanya dari dirimu. Sampai pikiranmu, sampai perhatianmu, berjalan, duduk, dan tidurmu ...

Bahkan di tengah lelapmu, isi mimpimu pun tentang Dia, T
Tentang Dia yang kau cintai.
Lagi-lagi memang seperti itu,
Cinta menyedot saripati energimu sampai tulang-belulangmu,
Sampai daging terakhir yang menempel di tubuhmu, tubuh yang luluh lantak di seret-seret tubuh yang hancur-lebur di paksa berlari ...

Teruslah bergerak, hingga kelelahan itu lelah mengikutimu ...
Teruslah berlari, hingga kebosanan itu bosan mengejarmu ...
Teruslah berjalan, hingga keletihan itu letih bersamamu ...
Teruslah bertahan, hingga kefuturan itu futur menyertaimu ...
Dan tetaplah berjaga, hingga kelesuan itu lesu menemanimu ...
Ku akan menunggumu sampai waktu itu Tiba..

Jumat, 19 Oktober 2012

TAK TAU ARTI NAMA ( menyakitkan tetapi melegahkan)

Lucu, menggelikan tapi unik...
Kamu itu lain dari yang lain...
baru seminggu yang lalu aku kenalan...
walaupun sdh hampir 3 tahun memperhatikan dari jauh...
setelah di add sy konfirmasi langsung, tanpa ragu pd saat saya tau itu Kamu...
akhirnya sy memberanikan diri meminta no Hp Kamu...
akhirnya seminggu ini kita smsan telpon telponan...
Jujur sy sangat Bahagia seminggu terakhir ini...
setaelah lama sendiri akhirnya Hp sy bisa berdering dan bergetar lagi, krn balasan dari VyQ...

VyQ????
iya, Saya memberi nama Kamu VyQ di HP,
seperti milikku sj...hahahaha
tp itulah sy, ketika sy suka, sayang n cinta sama sesuatu,
keahlian sy muncul memberi nama khusus yang beda dengan orang lain...
VyQ sy beri nama khusus VyQ, karena sy sdh mulai sayang ama Kamu...

Tapi seprtinya kisahnya cuma sampai di situ...
karena entah kenapa???
karena takut seperti Alif di Buku best seller Ranah Tiga Warna...
karena takut seperti Fadil di Film Ketika Cinta Bertasbih...
maka saya berani mengungkapkannya...

blum sy sampaikan, ternyata Kamu Sudah mengartikannya duluan...
saya mang tdk salah menilai Kamu, Cewek Cerdas yang mengerti,
apa mksud dan tujuan pembicaraan Kita...


haaaciiiii bunyi nada pesan hp saya...
Iyyyeee kakkk...maaaf sebelumx nagh kak...
z tau apa yg kk rskan sma z tpii maaf mungkin z hax biza klo qt sbtas adik kk...
z ndg bermaksud mexkiti kk atw apapun ituu..
kha z snng knal zma kk..:)
from VyQ terkasih

Tegas Lugas dan terpercaya....
tapi itu membuat hati seperti teriris....
tapi sy harus menerima keputusan yang Kamu ambil...
Karena sy cm ingin yang saya sayangi merasa senang dan bahagia...
saya akan sangat menyesal jikalau Kamu Qmiliki
tapi kau sama sekali tdk merasakan kesenangan dan kebahagiaan bersama saya...
Pergilah kasih
kejarlah keinginanmu
selagi masih ada waktu
jangan hiraukan diriku
aku rela melepasmu
demi untuk dirimu
semoga tercapai segala keinginanmu...
...Menyakitkan Tetapi Melegahkan...
Jika Kamu Menginginkanku" buatlah HpQ Berdering Haaaaaaccciiiiiiiiii lgi...
Insya ALLAH sy Sabar dengan Hub kita sejauh ini,,,,( MAn Shabara Zhafira)
jangan takut, saya tdk akan menjauh krn keputusanmu
karena saya ingin selalu ada buat Kamu dan
Karena selalu ada TempatMu di Hati ini...
...Akan Sampai waktu dimana, arti di balik Nama Kamu akan Kutemukan...

Senin, 08 Oktober 2012

Man Shabara Zhafira, Anwar Fuadi

Mantra "Man Jadda Wa Jada" Siapa yang bersungguh-sungguh akan sukses, ternyata itu saja tidak cukup sakti, antara sungguh-sungguh dan sukses itu tidak bersebelahan, tapi ada jarak. Jarak ini bisa hanya satu centimeter, tapi bisa juga ribuan kilometer. Jarak ini bisa ditempuh dalam hitungan detik, tapi juga bisa puluhan tahun.

Jarak antara sungguh-sungguh dan sukses hanya bisa disi dengan "sabar" . Sabar yang aktif, sabar yang gigih, sabar yang tidak menyerah, sabar yang penuh dari pangkal sampai ujung yang paling ujung. Sabar bisa membuat sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin, bahkan seakan-akan itu sebuah keajaiban dan keberuntungan adalah hasil kerja keras, doa, dan sabaryang berlebih-lebih.

Bagaimanapun tingginya impian, dia tetap wajib dibela habis-habisan, walau hidup sudah digelung oleh nestapa akut. Hanya dengan sungguh-sungguhlah jalan sukses terbuka. Tapi hanya dengan sabarlah takdir itu terkuak menjadi nyata. Dan Tuhan selalu memilihkan yang terbaik dan paling kita butuhkan. Itulah hadiah Tuhan buat hati yang kukuh dan sabar.

Sabar itu awalnya terasa pahit, tapi akhirnya lebih manis daripada  madu. "Man Shabara Zhafira".
Siapa yang sabar akan beruntung

Jumat, 05 Oktober 2012

Pencuri Hati

mencintaimu secara tiba-tiba mungkin sebuah kesalahan dalam hidupku
tak henti otak ini memikirkanmu
hati ini selalu berharap berjumpa denganmu

ternyata mencintai seseorang itu sakit rasanya
jika boleh memilih
ijinkan aku tak tahu apa itu cinta
biarkan hati ini polos selamanya
sampai orang yang tepat datang mewarnainya

sampai kapan aku akan merasa sakit karena cinta
merindu ingin menatap wajahmu
mendengar dengung suaramu
aku rindu
sakit rindu
sel-selku rindu
padamu
orang pertama yang memetik bunga hatiku
secara tak sengaja

seandainya mencuri hati adalah suatu kejahatan
aku akan langsung melaporkanmu ke pihak berwenang
memintamu mengembalikan hatiku
walau mungkin kau tak ada hati untukku

bantu aku melupakanmu
datanglah dengan pujaan hatimu
luluhkan harapanku ini
aku mohon padamu
wahai pencuri hatiku

My SKRIP...Alhamdulillah S.Sit Ft


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
Sepakbola sebagai olahraga favorit  yang membutuhkan kondisi fisik dan mental yang prima terlebih-lebih jika tujuannya adalah suatu prestasi. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam pencapaian kondisi fisik yang prima adalah kemampuan berlari cepat seorang pemain, sebab sepak bola membutuhkan gerakan-gerakan yang penuh dengan tenaga dan kecepatan. Oleh sebab itu, seorang pemain membutuhkan daya ledak otot yang bagus agar dapat menunjang setiap gerakan dalam bermain sepak bola. Faktor inilah yang akan berpengaruh besar terhadap kemampuan pemain dalam berlari cepat atau sprint.
Pada laki-laki, daya ledak otot dan kecepatan berlari lebih baik dibandingkan perempuan, dan daya ledak otot dan kecepatan berlari pemain dapat dimaksimalkan pada usia 21- 45 tahun (Hamisah, 2007). Pada zaman modern ini, olahraga bukan hanya sekedar mencapai kesenangan dan kepuasan melainkan telah diperlombakan untuk mencapai prestasi puncak. Untuk mencapai prestasi puncak, para atlet harus memiliki kebugaran jasmani yang tinggi, profesional, serta didukung oleh "team work" yang berasal dari berbagai disiplin ilmu (lokakarya IPTEK Olahraga tahun 1999 di Cipayung Bogor).
Salah satu disiplin ilmu yang ikut berperan dalam membentuk atlet  yang lebih berprestasi adalah Fisioterapi. Fisioterapi secara etimologi terdiri dua unsur yaitu "Fisio" yang berarti alam dan "Terapi" yang berarti pengobatan. Fisioterapi secara umum adalah suatu upaya umum pelayanan kesehatan profesional yang bertanggung jawab atas kapasitas fisik dan kemampuan fungsional yang dilaksanakan dengan tindakan terarah dan berorientasi pada pemecahan dengan menggunakan pendekatan ilmiah yang dilandasi oleh etika profesi. Dengan demikian yang menjadi garapan fisioterapi adalah gerak dan fungsi yang dimanifestasikan dalam kemampuan fungsional tiap individu
Fisioterapi yang sudah menjadi salah satu dari team work suatu klub sepakbola, telah diakui juga keberadaannya. Fisioterapi bukan hanya terbatas berperan pada upaya penyembuhan dan pemulihan, tetapi juga berperan bagaimana seorang pemain dapat meraih prestasi puncak. Bentuk upaya yang dapat diberikan oleh seorang fisioterapis diantaranya yaitu melakukan serangkaian tes atau evaluasi tingkat kebugaran pemain, termaksud melakukan analisa tentang kelebihan dan kekurangan dari tiap pemain, salah satunya dengan melakukan analisa daya ledak otot dengan kemampuan lari speed. Yang dapat dilakukan pada atlet professional maupun atlet non profesional.
Hasil observasi peneliti di SMA Negeri 18 Makassar menunjukkan  banyaknya pemain sepak bola yang memiliki kecepatan dan daya ledak otot kurang. Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai hubungan antara variabel tersebut, maka penulis akan memberikan suatu hasil penelitian pada pemain sepak bola SMA Negeri 18 Makassar.
Agar informasi yang diberikan akurat dan tepat, maka penulis mengangkat judul skripsi “Hubungan Antara Daya Ledak Tungkai Dengan Kecepatan Pada Pemain Sepak Bola SMA Negeri 18 Makassar.”

B.       Rumusan Masalah
Berdasakan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitan ini adalah apakah ada Hubungan Antara Daya Ledak Tungkai Dengan Kecepatan Pada Pemain Sepak Bola SMA Negeri 18 Makassar.

C.      Tujuan Penelitian
1.    Tujuan umum
Untuk mengetahui Hubungan Antara Daya Ledak Tungkai Dengan Kecepatan Pada Pemain Sepak Bola SMA Negeri 18 Makassar
2.   Tujuan Khusus
a.    Untuk mengetahui persentase tingkat daya ledak tungkai pada pemain sepak bola SMA Negeri 18 Makassar.
b.    Untuk mengetahui persentase tingkat kecepatan pada pemain sepak bola SMA Negeri 18 Makassar.
c.    Untuk menganalisis hubungan daya ledak tungkai dengan kecepatan pada pemain sepak bola SMA Negeri 18 Makassar.



D.      Manfaat Penelitian
1.    Manfaat Teoritis
               Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan referensi atau rujukan bagi yang berminat untuk mengkaji lebih dalam masalah olahraga. sehingga dapat bermanfaat bagi masyarakat, dunia ilmu pengetahuan dan teknologi. Bagi peneliti sendiri, penelitian ini sangat bermanfaat dalam menambah pengalaman dan pengetahuan peneliti.

2.    Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat diaplikasikan secara profesional pada atlit baik amatir maupun profesional, sehingga dalam aplikasinya dapat menghasilkan atlet atau pemain sepakbola yang handal yang dapat membela Tim Nasional, dan dapat memaksimalkan kemampuan atlet atau para para pemain sepakbola sampai pada prestasi puncaknya.









BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.      Tinjauan Fisiologi Otot
Tubuh memiliki struktur pendukung dan penghubung dalam menghasilkan gerak termasuk didalamnya tulang, otot, dan tendon. Serabut otot tersusun atas myofibril. Masing-masing miofibril dibentuk oleh unit-unit kontraktil yang saling bersilangan yang disebut sarkomer, dan sarkomer adalah unit kontraktil dasar dari cell otot (Chusid, 1993: 63).
Kontraksi otot menghasilkan gerakan yang disebut isotonik. Kontraksi isotonik dapat dibagi dalam dua bentuk, yakni kontraksi konsentrik yang terjadi ketika otot memendek saat melawan tahanan. Dan kontraksi eksentrik adalah pemanjangan otot saat melawan tahanan. Kontraksi otot membutuhkan energi dan otot disebut sebagai mesin pengubah energi kimia menjadi kerja mekanik. Sumber energi yang dapat segera digunakan untuk gerakan secara mendadak adalah derivat phospat organik berenergi tinggi yang terdapat didalam otot. Senyawa phospat tersebut adalah phosporylcreatine yang dihidrolisis menjadi creatin dan grup phospat dengan melepas sejumlah energi (Ginther, 2006: 162).
Dalam keadaan istirahat sebagian ATP di mitokondria akan melepaskan phospat kepada creatin, sehingga terbentuk simpanan phosporylcreatin mengalami hidrolisis ditempat pertemuan kepala myosin dan actin, membentuk ATP dari ADP yang menyebabkan proses kontraksi berlanjut. Enzim creatine kinase (ck) merupakan katalisator reaksi antara Phosporylcreatin (Pcr) dan ADP untuk hasilkan creatin + ATP, demikian juga enzim Myophosphorylase yang merupakan katalisator reaksi antara Glycogen + Pi + ADP untuk menghasilkan H+ lactate + ATP (Wilson et al., 1996: 85).
Melalui bantuan enzim creatine kinase, phosphocreatine (PCr) yang tersimpan di dalam otot akan dipecah menjadi Pi (inorganik fosfat) dan creatine dimana proses ini juga akan disertai dengan pelepasan energi sebesar 43 kJ (10.3 kkal) untuk tiap 1 mol PCr. Inorganik fosfat (Pi) yang dihasilkan melalui proses pemecahan PCr ini melalui proses fosforilasi dapat mengikat kepada molekul ADP (adenosine diphospate) untuk kemudian kembali membentuk molekul ATP (adenosine triphospate). Melalui proses hidrolisis PCr, energi dalam jumlah besar (2.3 mmol ATP/kg berat basah otot per detiknya) dapat dihasilkan secara instant untuk memenuhi kebutuhan energi pada saat berolahraga dengan intensitas tinggi yang bertenaga. Namun karena terbatasnya simpanan PCr yang terdapat di dalam jaringan otot yaitu hanya sekitar 14-24 mmol ATP/ kg berat basah maka energi yang dihasilkan melalui proses hidrolisis ini hanya dapat bertahan untuk mendukung aktivitas anaerobik selama 5-10 detik (Wilson et al., 1996: 87).
Dalam latihan yang memerlukan energi mendadak dan cepat serabut  otot yang bekerja adalah tipe cepat, karakteristik serabut otot tipe cepat a adalah kecepatan kontraksi cepat, hasil pengecatan histokimiawi gelap (tipe IIa), kapasitas oksidatif sedang,kapasitas glikolisis tinggi, resistensi kelelahan sedang (cukup tidak cepat lelah), kekuatan motor unit tinggi, densitas kapiler sedang densitas mitokondria sedang, kandungan mioglobin sedang, berwarna pucat dan diameter sedang (Wilmore & Costill, 1994: 137). Karakteristik serabut otot tipe cepat b adalah kecepatan kontraksi cepat, hasil pengecatan histokimiawi gelap (tipe IIb), kapasitas oksidatif rendah, kapasitas glikolisis sangat tinggi, Produksi ATP melalui glikolisis anaerobik, resistensi kelelahan rendah (cepat lelah), kekuatan motor unit tinggi, densitas kapiler darah  dan densitas mitikondria rendah, kandungan mioglobin rendah, berwarna pucat dan diameter besar (Chimera et al, 2004: 139).
Gambar 1.1
Penampang otot tipe cepat. Sumber: Applied Kinesiology and Biomechanics,
Chimera et al. (2004).
Proses yang mendasari pemendekan elemen kontraktil dalam otot saat otot memendek, filament tipis dari kedua ujung sarkomer yang berhadapan akan saling mendekat. Pada pemendekan otot yang kuat, filamen-filamen tersebut saling tumpang tindih. Pergeseran selama kontraksi otot terjadi apabila kepala myosin berikatan erat dengan actin dan lepas lagi dimana daur ini terus terjadi berulang-ulang selama sediaan energi terus ada.
Tahapan kontaraksi dan rileksasi dimulai dari terbentuknya potensial aksi di motor end-plate dan tercetusnya potensial aksi pada serabut otot yang menyebabkan penyebaran depolarisasi kedalam tubulus T, pelepasan Ca 2+ dari sisterna terminal reticulum sarkoplasmik serta difusi Ca 2+ ke filament tebal dan filament tipis, pengikatan Ca 2+ oleh troponin C, membuka tempat pengikatan myosin dan actin ehingga terjadi pembentukan ikatan silang (cross link) antara actin dan myosin dan pergeseran filament tipis pada filament tebal (pemendekan otot atau kontraksi), selanjutnya Ca 2+ dipompakan kembali didalam reticulum sarkoplasmik, pelepasan Ca 2+ dari troponin yang menghentikan interaksi antara aktin dan myosin (Chimera et al, 2004: 131)
Gambar 1.2.
Mekanisme kontraksi otot. Sumber: Applied Kinesiology and Bio mechanics,
Chimera et al. (2004).
Tubuh memiliki propioceptor atau reseptor yang sensitif terhadap tegangan dan penguluran. Muscle spindle salah satu dari propioceptor yang berperan aktif dalam gerak Stretch Reflex. Stretch reflex adalah respon yang tidak disadari berupa kontarksi melalui stimulus dari luar yang menyebabkan otot terulur. Intinya ketika spindle itu terulur, maka akan mengirim sinyal ke spinal cord, yang mana sinyal tersebut diolah dan dikirim kembali ke otot yang menyebabkan kontraksi. Kuatnya respon muscle spindle tersebut ditentukan oleh rata-rata penguluran. Secara praktek dapat dikatakan bahwa dengan lebih cepat dan kuat suatu gerak yang diterapkan di otot, maka gerakan yang lebih bertenaga saat kontraksi otot (Komi & Golhofer, 1997: 91).
Golgi Tendon Organ (GTO) adalah propioceptor lain yang punya pengaruh dalam gerak stretch reflex, GTO terletak di dekat sambungan antara perut otot dan tendon, yang memiliki fungsi sebagai penghambat terjadinya kontraksi otot. GTO melindungi otot dari kontraksi yang berlebihan dan saat GTO terstimulasi maka otot akan rileks. Hal ini memungkinkan latihan vertical jump dapat mengatur ambang rangsang aktifasi GTO untuk memaksimalkan tenaga elastik pendukung didalam otot (Harris et al., 1999: 27).
Masing-masing serabut otot dipersarafi sebuah saraf yang disebut motor neuron dan satu titik dimana saraf itu mempersarafi serabut otot yang disebut neuromuscular junction atau motor end plate. Satu motor neuron dapat mempersarafi beberapa serabut otot, motor neuron dan seluruh serabut itu dipersarafi secara bersamaan yang disebut motor unit (Chusid, 1993: 67) ada dua cara yang merupakan dasar untuk meningkatkan tenaga yang dihasilkan, yaitu:
1)      Meningkatkan rata-rata stimulasi dari motor unit
2)      Meningkatkan jumlah motor unit yang teraktifkan
Motor unit tidak terkatifkan semua secara bersamaan dalam waktu yang singkat dan cepat, memerlukan program latihan yang berkala dalam waktu yang sesuai dan ini ditentukan oleh dosis yang pasti, dalam latihan pliometrik secara bertahap dan sesuai dengan tingkatan kesulitannya serta subjek yang akan dilatih dosis ini telah ditentukan dengan benar. Motor unit dikontrol oleh sejumlah saraf yang berbeda dan pengaruh sensory integrated yang mampu mengirim impuls berupa impuls eksitator atau inhibitor, sensory integrated memiliki peran yang cukup penting dalam menstimulus respon mototrik melalui gerak stretch reflex yang merupakan respon akhir untuk mengirim impuls motorik agar mampu meraih daya ledak  (power) maksimal pada otot, ketika serabut otot berkontaraksi atau saat rileks ini tergantung dari sejumlah impuls yang terkumpul menjadi satu kesatuan utuh yang diterima oleh motor unit dalam satu waktu yang tepat. Motor unit teraktivasi dan serabut otot berkontraksi hanya saat impuls eksitator masuk dan mengeksitasi rangsang inhibitor yang bertemu pada ambang rangsang yang cocok (Kotzmanindiz, 2006: 54).
Daya ledak (Power) yang diraih dihasilkan oleh penambahan ukuran dan kemampuan cakupan sensitifitas motor neuron yang cocok dan bersamaan melalui latihan bertahap yang selanjutnya mempengaruhi kemampuan motor unit untuk menanggapi stimulus respon. Fasilitasi saat kontraksi untuk meningkatkan kemampuan otot untuk mengerahkan seluruh tenaga. Seperti peningkatan gerak recruitment yang akan dihasilkan dari penghadangan atau pengurangan impuls inhibitor, yang akan mengizinkan motor unit untuk lebih banyak teraktivasi secara bersamaan (Kraemer et al., 2001: 132).
Peningkatan daya ledak (Power) dalam aplikasi latihan pliometrik mempunyai fase-fase yang sama dimana disetiap fase tersebut memberikan penjelasan tentang bagaimana proses peningkatan sensitifitas motor neuron dan motor unit dalam merespon stimulus serta meningkatkan daya ledak (Power) secara maksimal (Willmore & Costill, 1994: 89). Fase tersebut yakni Stertch shorthening cycle yang merupakan proses dimana suatu kompleks kontrol yang dimulai dengan fase eksentrik, saat fase ini terjadi proses peningkatan produksi tenaga dan perkembangan kemampuan otot melalui penyimpanan energi elastis (Young et al., 1999). Kontraksi eksentrik menjadi dasar dalam perubahan lingkungan lokal otot untuk menyokong perkembangan sensitifitas otot pada motor neuron dan motor unit yang selanjutnya menjadi keberhasilan pemusatan produksi daya ledak (Power) saat fase konsentrik. Sebuah studi menunjukkan bahwa pada saat fase eksentrik otot memproduksi lebih banyak mechanogrowth factor (Adams et al., 2000), meningkatkan sintesa protein diotot untuk peningkatan kemampuan yang lebih besar (Miller et al., 2002), menurunkan tingkat degradasi protein otot sehingga pasokan terus tercukupi (Kotzamanidis et al., 2006), dan meningkatkan kemampuan kerja mesin pengolah protein yakni ribosom yang bertanggung jawab dalam sintesa protein untuk hasil produksi lebih besar agar menyokong keberhasilan saat fase konsentrik (Young et al., 1999).
Fase selanjutnya adalah Amortization dimana pada fase ini kontraksi yang terjadi adalah kontraksi isometrik, kontraksi ini terjadi saat seorang secara jelas berkontraksi tetapi tidak terjadi perubahan tonus atau tetap, dalam fase ini energi elastis yang telah diproduksi dan disimpan saat fase eksentrik akan mulai dikirm secara keseluruhan dalam fase ini perkembangan kemampuan otot tidak terjadi tetapi peningkatan daya ledak (Power) saat derajat sendi yang digunakan akan disesuaikan penggunaanya saat fase konsentrik (Kraemer et al., 2001). Kontraksi otot yang tetap terjadi sekitar 5 detik ini memberikan tekanan pembuluh darah yang memberikan perintah pengiriman dan pengeluaran tenaga elastis kumpulan sintesa energi dalam aliran darah ke otot yang siap mengeluarkan gerak meledak secara cepat (Sorensen et al., 1996: 137).
Kemudian saat fase terakhir yakni konsentrik pengeluaran tenaga maksimal tersebut terjadi, kontraksi ini merupakan fase penutup dari kedua fase yang terjadi sebelumnya, semua urutan proses ini tidak dapat terpisahkan dan menjadi satu kompleks kontrol untuk menghasilkan daya ledak (Power) yang maksimal dan proses ini dipengaruhi oleh waktu yang tepat, keharmonisan gerakan dan ketepatan gerakan (Sorensen et al., 1996: 139).

B.     Biomekanik Otot
  Otot hanya merupakan jaringan yang mampu secara aktif mengembangkan ketegangan (tension). Karakteristik ini memungkinkan otot skeletal atau otot lurik dapat melakukan fungsi penting dalam mempertahankan postur tubuh tegak, menggerakkan anggota gerak tubuh, dan mengabsorbsi (meredam) terjadinya shock. Karena otot hanya dapat melakukan fungsi tersebut pada saat dirangsang dengan baik, maka sistem saraf dan sistem otot secara kolektif seringkali dikenal sebagai neuromuskular system. Pada Bab ini akan dibahas tentang sifat-sifat jaringan otot, organisasi fungsional dari jaringan otot, dan aspek biomekanik dari fungsi otot.
  Ada 4 sifat jaringan otot yaitu ekstensibilitas, elastisitas, irritabilitas, dan kemampuan mengembangkan ketegangan (tension). Sifat-sifat tersebut umumnya terdapat pada seluruh otot yaitu otot jantung, otot halus, dan otot skeletal pada manusia, juga dimiliki oleh otot-otot mamalia, reptil, amphibi, burung dan serangga.
a.      Ekstensibilitas dan Elastisitas
Sifat  ekstensibilitas dan elastisitas umumnya terdapat pada beberapa jaringan biologis. Ekstensibilitas adalah kemampuan terulur atau meningkatnya pemanjangan otot, sifat karakteristik lain adalah sifat elastis, yaitu kembali ke ukuran panjang yang normal (Soedarminto,1992). Elastisitas otot akan mengembalikan penguluran dan memberikan transmisi ketegangan yang halus dari otot ke tulang.
  Sifat elastis otot digambarkan sebagai komponen yang terdiri dari 2 komponen utama. Paralel Elastic Componen (PEC) ditunjukkan oleh membran otot, yang memberikan tahanan pada saat otot secara pasif terulur (stretch). Seri Elastic Componen (SEC) terdapat pada tendon, bekerja sebagai pegas yang lentur untuk menyimpan energi elastis ketika otot yang tegang diulur (di stretch). Komponen-komponen elastisitas otot ini dinamakan demikian karena membran otot dan tendon masing-masing pararel dengan serabut otot dan seri atau segaris dengan serabut otot, dimana memberikan komponen kontraktil. Elastisitas otot skeletal manusia secara utama terdapat pada SEC (tendon).
  Baik SEC dan PEC memiliki sifat merekat yang memungkinkan otot terulur dan kembali ke dalam bentuk semula. Ketika penguluran statik pada group otot seperti hamstring memanjang, dan meningkatkan ROM sendi. Demikian pula, setelah group otot tertentu diulur (di stretch), maka tidak akan kembali dengan segera ke posisi pemanjangan istirahat (resting length), tetapi secara bertahap akan memendek selama jangka waktu tertentu. Respon viskoelastik ini pada otot tidak bergantung pada jenis kelamin (independent). 
b.      Irritabilitas dan Kemampuan Mengembangkan Ketegangan       
Sifat karakteristik otot lainnya adalah irritabilitas. Irritabilitas adalah kemampuan untuk merespon suatu stimulus. Stimulus yang mempengaruhi otot dapat berupa elektrokimiawi seperti aksi potensial dari saraf yang mempersarafinya, atau mekanikal seperti pukulan / benturan dari luar pada bagian otot. Ketika diaktivitasi oleh stimulus maka otot akan merespon dengan berkembangnya ketegangan (tension).
Kemampuan untuk mengembangkan ketegangan (tension) merupakan salah satu sifat karakteristik yang khas pada jaringan otot. Secara historis, perkembangan ketegangan (tension) dari otot telah dikenal sebagai kontraksi, atau komponen kontraktil dari fungsi otot. Kontraktilitas adalah kemampuan otot untuk memendek dari panjang otot. Namun demikian, ketegangan pada suatu otot tidak mungkin menghasilkan pemendekan otot.

C.      Daya Ledak Tungkai ( Power )
1.    Pengertian
Daya ledak otot adalah salah satu komponen fisik yang dibutuhkan dalam berbagai cabang olahraga dan merupakan kekuatan otot terbesar dalam periode waktu tersingkat menyelesaikan tugas. Berbicara daya ledak otot berarti selalu menyangkut kekuatan dan kecepatan kontraksi otot yang dinamis dan eksplosif serta melibatkan pengeluaran kekuatan otot yang maksimal dalam waktu yang cepat.
Kondisi fisik yang baik merupakan salah satu unsur pendukung dalam pencapaian prestasi yang optimal. Peningkatan dan pemeliharaan dua aspek yang penting yang dilakukan secara terus menerus dan berkesenambungan meskipun dilakukan dengan system perioritas sesuai dengan kekhususan masing-masing cabang olahraga (Wahyudi.,2001).
Salah satu unsur kondisis fisik yang memeiliki peran penting dalam kegiatan olahraga,baik secara unsur pendukung dalam suatu gerak tertentu maupun gerak utama dalam upaya pencapaian teknik gerak yang sempurna adalah daya ledak.
Daya ledak adalah kemampuan mengatasi tahanan dengan kecepatan tinggi. Kecepatan tinggi diartikan sebagai kemampuan otot yang kuat dan cepat dalam berkontraksi. Artinya bahwa daya ledak dipengaruhi oleh kekuatan dan kecepatan,baik kecepatan rangsangan maupun kecepatan kontraksi otot.(Fox,dkk.1988). Daya ledak otot berbeda dengan kekuatan oton karena daya merupakan suatu pengukuran dari jumlah kerja yang dilakukan dalam satu-satuan waktu. Daya ledak tidak hanya ditemtukan oleh kekuatan kontraksi, tetapi juga ditentukan oleh jarak dan jumlah otot yang berkontraksi setiap menitnya.Gerakan di laksanakan dengan cepat dan kuat,ini sangat memungkinkan dan efektif untuk memacu koordinasi kecepatan rangsangan saraf dan kontraksi otot.
Daya ledak dapat di kembangkan melalui beberapa cara atau metode latihan diantaranya:
a.    Meningkatkan kekuatan tanpa mengabaikan kecepatan.
Pembebananya harus submaksimal dengan lama waktu 7 sampai 10 detik, jumlah repetisi 8 sampai 10 kali dan di lakukan sebanyak 3 sampai 4 set, pembebanan berkisar antara 60 sampai 90% dari kekuatan maksimal (O’Shea,1987)
b.    Meningkatkan kecepatan tanpa mengabaikan kekeuatan intensitas pembebenanaya berkala  ringan sampai sedang yakni antara 60 samapai 80 %  dari kemampuan maksimal ( jansen,1983 )
c.    Melatih kekuatan dan kecepatan secara bersamam-sama untuk meningkatkan kondisi fisik dengan tujuaan utama meningkatkan daya ledak, kekuatan, kecepatan kontraksi otot dan rangsangan saraf secara efektif adalah dengan menggunakan beban sedang dan bersifat isotonic.(Clarke,1980)
Daya ledak otot tungkai dapat ditingkatkan dan dikembangkan dengan berbagai macam latihan diantaranya  melalui latihan leg- press yang maengandung unsur tolakan yang singkat dan kuat atau dengan latihan maxex yang mengkombinasikan kerja maksimal dengan latihan untuk menghasilkan daya ledak. Latihan ini harus dilakukan dengan hati-hati, dengan berbagai macam variasi dan bertahap (johanysh L 2008)


2.    Faktor-faktor yang mempengaruhi daya ledak otot tungkai
Kemampuan daya ledak otot tungkai juga sangat bervariasi untuk tiap individu. Secara prinsip faktor-faktor yang mempengaruhi daya ledak seorang pemain tidak lepas dari kekuatan otot yang dimilikinya oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa faktor-faktor yang memepengaruhi kekuatan otot tungkai juga memepengaruhi kemempuaan daya ledak pemain.
Faktor-faktor tersebut adalah :
a.    Tipe serabut otot.
Serabut otot tungkai dapat diklasifikasikan dalam 2 jenis serabut berdasarkan karakteristik yang dimilikinya, yaitu serabut otot lambat atau slow twitch dan serabut otot cepat atau fast twitch. Serabut otot cepat terdiri dari serabut otot tipe a dan b. karesteredtik masing-masing tipe saerabut otot dapat dilihat dari berbagai aspek, antara lain : aspek kecepatan kontraksi, aspek kelelahan, aspek diameter, aspek konsentrasi adonintriphosphate atau sering disebut ATPase, aspek konsentrasi mitokondria, aspek konsentrasi enzyme glycolytik. Berdasarkan karasteristik tersebut perbedaan waktu puncak. Ketegangan maksimum dsebabkan adanya konsentrasi myosin ATPase yang tinggi pada serabut fast twitch.
Waktu yang dibututhkan untuk tenaga maksimal pada serabut fast twitch sekitar 1/3 dari waktu yang dibutuhkan oleh serabut otot slow twitch, artinya kecepatan kontraksi serabut otot fast  twitch kira-kira 3 kali lebih cepat dari pada otot serabut  slow twich. Serabut  fast  twitch juga lebih besar diameternya dari pada serabut otot  slow  twitch. Serabut  fast  twich  memepunyai kemampuan sistem energi anaerobic  yang tinggi dan kemampuan sistem aerobic  yang rendah. Sebaliknya  slow twitch  memepunyai sitem aerobic  yang tinggi dan anaerobic yang rendah.  Kemampuan sistem aerobic yang tinggi pada serabut slow twitch  disebabkan karna serabutnya dikelilingi kapiler yang padat dan memepunyai banyak mitokondria disertai akti vitas ensim – enzim oksidatif  yang tingi. Sedangkan kemampuan sistem  anaerobic pada  fast twitch disebabkan karena fast twitch  memepunyai aktifitas enzim-enzim sisitem fosfagen dan sistem glikolitik yang tinggi. (ilhamjaya,dkk 2000).       
b.    Posisi
Sebenarya seluruh gerakan tubuh disebabkan seluruh kontraksi otot-otot antagonis pada sisi sendi berlawanan yang berlangsung bersama- sama keadaan ini disebut koaktifasi dari otot antagonis dan dikendalikan oleh mekanisme motorik otak dan medulla spinalis.
Posisi masing-masing tubuh yang terpisah seperti satu lengan atau satu tungkai, ditentukan oleh derajat kontraksi relative dari serangkaian otot antagonis. Sebagai contoh mari kita asumsikan bahwa satu lengan atau satu tungkai ditempatkan pada posisis tengah. Untuk mencapai hal ini, otot-otot antagonis dirangsang kira-kira sama besar. Ingatlah bahwa otot yang pangjang akan berkontraksi dengan kekuatan yang lebih besar dari pada otot yang pendek. Karena itiu, semakin panjang otot antagonis maka ia akan berkontraksi dengan kekuatan yang jauh lebih besar dari pada otot yang pendek. Ketika lengan atau tungkai keposisi tengah, kekuatan otot yang lebih panjang akan menurun, sementara kekuatan otot yang lebih pendek akan meningkat sampai kedua kekuatan setara satu sama lain. Pada titik ini pergerakan lengan atau tungkai akan berhenti. Jadi semakin panjang otot pada awal kontaraksi maka tenaga yang dihasilkan akan semakin besar.
c.    Latihan
Latihan merupakan rangkaian aktifitas fisik yang sistematis tujuan utamanya adalah meningkatkan kemampuan sistem tubuh melalaui suatu proses yang dilakuakan secara cermat dan berulang dengan peningkatan beban latihan.  Latihan adalah memberikan tekanan fisik yang teratur sistemati, dan berkesinambungan yang disusun sedemikian rupa hingga mampu meningkatkan kemampuan kinerja fisik secara nyta. Latihan merupakan upaya, untuk melekukan penyusaian terhadap tekanan fisik. Jika otot menerima tekanan dalam batas toleransinya, maka akan terjadi penyusaian hingga dapat meningkatkan kekuatan otot tersebut, sebaliknya jika otot kurang mendapatkan tekanan maka akan tejadi kemunduran kekuatan otot.( Fox, 1988)

D.      Kecepatan
Kecepatan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan yang sejenis secara berturut-turut dalam waktu yang sesingkat-singkatnya, atau kemampuan untuk menempuh suatu jarak dalam waktu yang sesingkat-singkatnya (Oxendine, 1986). Kecepatan juga didefinisikan sebagai hasil kerja suatu tenaga pada suatu massa. Didalam gerakan dasar manusia, massa merupakan anggota gerak tubuh, sedangkan tenaga merupakan kekuatan otot yang digunakan individu menurut anggota tubuh yang digerakkan.
Gerakan yang cepat dan reaksi yang cepat merupakan komponen dari speed. Pelatih sering kali menekankan pada pemain tertentu atau seluruh tim untuk memiliki kecepatan. Pada pemain sepakbola sangat membutuhkan kecepatan untuk berlari, pada pemain basket kecepatan yang efektif diperlukan untuk menembak bola kekeranjang, begitu pula pada olah raga baseball diperlukan pelari cepat untuk menangkap dan melempar bola serta dalam strategi bertahan.
Kecepatan gerakan memerlukan lebih besar kecepatan berlari. Kecepatan gerakan dapat didefinisikan sebagai kecepatan setiap orang bergerak kedepan dengan seluruh tubuh atau bagian tubuh. Pada umumnya kecepatan gerakan dapat diukur dengan berlari cepat dengan jarak pendek. Suatu jarak lari diatas 100 yard biasanya tidak dianjurkan untuk mengukur kecepatan gerak karena adanya keterlibatan faktor endurance.
Secara fisika, kecepatan didefinisikan sebagai jarak persatuan waktu, artinya kecepatan diukur dengan satuan satuan jarak waktu dibagi dengan satuan waktu. Secara psikologis, kecepatan didefinisikan sebagai kemempuan berdasarkan kemudahan gerak, proses system saraf dan perangkat otot untuk melakukan gerak dalam satuan waktu tertentu (Jonath, 1987).
Beberapa hal yang mempengaruhi kecepatan yaitu : strength, reaction time, dan fleksibilitas (Wilmore, 1997). Jadi untuk mengembangkan kecepatan seorang pemain, pemain tersebut harus melatih strength (kekuatan) ,reaction time (kecepatan reaksi) dan Fleksibilitas ( kelenturan) kita tidak hanya focus pada kecepatan saja.
Selain itu, kecepatan juga dipengaruhi oleh hal-hal lain antara lain pertama kemampuan untuk mengatasi tahanan eksternal seperti peralatan, lawan, dan lingkungan (air, udara, angin, cuaca) (Bompa, 1983). Ke dua kemampuan untuk mengatasi tahanan internal seperti konsentrasi dan semangat (Harre, 1992).

E.       Sepakbola
Sepakbola adalah salah satu olahhraga  yang sangat popular didunia. Dalam pertandingan, olahraga ini dimainkan oleh dua kelompok berlawanan yang masing-masing berjuang memasukan bola ke gawang kelompok lawan. Masing-masing kelompok beranggotakan 11 orang pemain, dan karnanya kelompok tersebut dinamakan kesebalasan. Tim yang mencetak paling banyak gol adalah pemenang dari sebuah pertandingan biasanya dalam jangka waktu 90 menit. Tetapi ada cara lainnya untuk menentukan pemenang apabila dalam 90 menit hasilnya masih seri, dengan melajutkan babak tambahan ketika hasilnya masih seri, pertandingan dilanjutkan dengan adu penalty.
Peraturan terpenting dalam mencapai tujuan ini adalah para pemain kecuali penjaga gawang tidak boleh menyentuh bola dengan tangan. mereka selama masih dalam permainan. (Wikipedia,2008) Sebuah pertandingan diperintah oleh seorang wasit dan dibantu oleh 2 orang asisten wasit. Wasit mempunyai wewenang penuh  untuk menjalankan pertandingan dan keputusan-keputusan pertandingan dikeluarkan dianggap sudah final, dalam banyak pertndingan wasit juga dibantu oleh seorang ofisial keempat yang dapat menggantikan seorang ofisial lainnya jika diperlukan.
Pada umumnya pada pemain sepak bola sangat membutuhkan Kekuatan, panjang tungkai, koordinasi, keseimbangan, kecepatan reaksi, daya ledak, dan kecepatan berlari. Khusus bagi pemain depan yang tergolong penyerang, harus memiliki daya ledak dan kecepatan berlari yang baik untuk melampaui pemain belakang dalam beradu kecepatan gerak.

F.       Tinjauan Alat Ukur
1.   Board Jump Test
Daya ledak juga disebut sebagai kekuatan eksplosif. Daya ledak menyangkut kekuatan dan kecepatan kontraksi otot yang dinamis dan eksplosif serta melibatkan pengeluaran kekuatan otot yang maksimal dalam waktu yang secepat-cepatnya. Daya ledak merupakan hasil perkalian antara gaya dan jarak dibagi dengan waktu atau dapat juga  dinytakan sebagai kerja. Dengan demikian tes yang bertujuan untuk mengukur daya ledak seharusnya  melibatkan komponen gaya,jarak dan waktu.
Tes daya ledak otot tungkai umumnya dilakukan dengan gerakan  melompat ke atas. Sebelum melompat batang badan diketulkan kedepan dan lutut juga diketulkan dimana sudut lutut tidak melebihi 900 dan tangan diayun kebelakang, pada saat ini otot-otot yang dipakai untuk melompat lebih dahulu diisi dengan gaya kontraksi eksentrik sehingga hasil lompatan yang dicapai biar maksimal. Sebaliknya apabila lompatan di awali tanpa mengetulkan sendi lutut terlebih dahulu maka hasil lompatan akan menjadi kurang maksimal.(widjaja, S.,1998).
Suatu gerakan yang efektif memepunyai ururtan tertentu yaitu pola gerakan yang diisi gaya eksentrik untuk berbagi golongan otot yang berperan dalam gerakan tersebut (Widjaja, S.,1998).
Banyak tes daya ledak yang digunakan sekarang antara lain, vertical Jump Test, Margarita Kalamen test, dan Board Jump Test. Pada penelitian ini penulis menggunakan Board Jump Test untuk mengukur kemampuan daya ledak pemaian dengan alasan bahwa alat ukur ini sangat mudah dilakukan dan praktis dilakukan dilapangan sempakbola.
Adapun prosedur pelaksanaanya adalah sebagai berikut :
·      Testi berdiri dibelakang garis batas (start)
·      Kedua kaki sejajar, lutut ditekuk sambil tangan diayunkan belakang untuk memuli lompatan.
·      Lakukan lompatan sejauh mungkin, usahakan mendarat dengan kedua kaki serta cegalah jangan mendarat dengan punggung anda.
·      Lakukan lompatan sebanyak tiga kali dan catat hasil yang terbaik lalu masukan ke dalam tabel 2.2 sesuai dengan usianya.(wood, J. R.,2008)


Tabel 2.2. Norma Test Board Jump untuk usia dewasa
Kriteria
Pria
Wanita
Baik sekali
Di atas rata-rata
Sedang
Di bawah rata-rata
Kurang
>300
270-300
250-269
200-249
<200
>280
250-280
220-249
170-219
<170
              (wood, J. R.,2008)
2.      Lari Cepat 30 meter.    
Tes lari cepat 30 meter merupakan suatu alat ukur atau alat evaluasi untuk mengetahui tingkat kecepatan dalam berlari jarak pendek seorang pemain atau atlit. Tes ini dipakai hampur semua cabang olh raga sebagui alat dalam hal kecepatan berlari jarak pendek.
a. Prosedur pelaksanaan
1)      Tujuan untuk mengetahui kecepatan lari menempuh jarak 30 meter.
2)      Perlengkapan dan alat:
a)   Lapangan datar jarak minimal 40 meter,dibatasi garis start dan gris finish  jarak 30 meter
b)   Stopwatch ,pulpen.dan formulir
c) Bendera start
d)    Lintasan lari lebar 1,22 cm, buat beberapa lintasan.
3)            Taster, terdiri dari satu orang dan seorang pencatat waktu  
4)      Pelaksanan
Pada aba-aba “siap”testi siap lari dengan start berdir,setelah “ya “ testi lari secepatnya dan menempuh jarak 30 meter sampai melewati garis finish. Kecepatan lari dihitung dari saat bendera diangkat bersamaan dengan aba-aba “ya” .  samapi pelari melewati garis  finish. Kecepatan lari dicatat sampai dengan 0,1 detik bila memungkinkan dicatat sampai 0,01 detik.
Lakukan tes lari tersebut dua kali, setelah berelang satu kali pelari berikutnya atau kelompok lari berikutnya.
Kecepatan lari yang terbaik yang dihitung. Testi dinyatakan gagal apabila menyebrang kelintasan lainnya
5)       Hasil yang didapatkan kemudian dicocokan dengan tabel Norma    Test lari cepat 30 meter seperti pada tabel 2.3 (moeslim,M.,1997).
Tabel 2.3 Norma test lari cepat 30 meter dewasa.
Kriteria
Pria
Wanita
Baik sekali
Baik
Sedang
Kurang
Kurang sekali
3,58-3,91
3,92-4,34
4,35-4,72
4,73-5,11
5,12-5,50
4,06-4,50
4,51-4,96
4,97-5,40
5,41-5,85
5,87-6,30
(moeslim,M.,1997)





BAB III
KERANGKA KONSEP  & HIPOTESIS

A.      Kerangka konsep
Sebelum pemain mengkhususkan diri pada salah satu cabang olahraga, sebaiknya ia menerapkan prinsip perkembangan menyeluruh dan melibatkan diri dari berbagai kegiatan fisik, sehingga mengalami perkrembangan dalam berbagai unsur kemampuan fisik seperti kekuatan, daya ledak otot, daya tahan tubuh, kecepatan, kelincahan, kordinasi dan sebagainya (Madri, 2004).
Beberapa faktor mempengaruhi kecepatan lari menempuh jarak 30 meter yaitu kekuatan, daya ledak, kordinasi, kecepatan reaksi. panjang tungkai, dan stamina anaerobic. namun diantara faktor –faktor tersebut terdapat satu faktor yang sulit dikembangkan yaitu ciri antropometrik dalam hal ini panjang tungkai, sedangkan faktor yang lain masih dapat dikembangkan dengan cara dilatih faktor tersebut. Latihan harus dilakukan secara sistematis, terpola, teratur, dan berkesinambungan sehingga kondisi fisik akan meningkat dan memberikan dampak bagi seorang pemain yang terampil, kuat, cepat, serta efisien dalam setiap gerakannya.
Kerangka konsep dibuat penulis disesuaikan dengan alat ukur kecepatan yang digunakan, dimana kecepatan itu sendiri sebagai variable terikat (dependen) sementara panjang tungkai, koordinasi, daya ledak tungkai, kecepatan reaksi, dan kekuatan merupakan sebagai variable bebas (indepeden)

Independen Variabel                                                   Dependen Variabel






 Kecepatan (Speed)
 

Daya ledak tungkai

 

 
                                                                             
Baik

 
Kurang

 
Kurang

 
Baik

 
                                                                             


B.       Variabel Penelitian
1.    Variabel bebas (independent) : Daya Ledak Tungkai
2.    Variabel terikat (dependent) : Kecepatan gerak (Speed)

C.      Definisi Operasional
Berdasarkan variabel diatas, maka definisi operasional setiap variabel adalah sebagai berikut :
1.    Daya ledak tungkai adalah kemampuan otot tungkai untuk berkontraksi dengan kuat dan cepat. Salah satu alat ukur yang digunakan adalah Broad Jump Test. Adapun kriteria pengukuran adalah :
a.    Dikatakan baik jika hasil pengukuran Broad Jump Test > 270 cm
b.    Dikatakan kurang jika hasil pengukuran Broad Jump Test < 269 cm

2.    Kecepatan  adalah  kemampuan otot tungkai untuk menghasilkan gerakan yang sangat cepat dalam waktu yang singkat. Salah satu alat ukur yang digunakan adalah tes lari cepat 30 meter. Adapun kriteria pengukuran adalah :

a.    Dikatakan baik jika hasil pengukuran tes lari cepat 30 meter adalah < 4,34 detik
b.    Dikatakan kurang jika hasil pengukuran tes lari cepat 30 meter adalah > 4,35 detik

D.    Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka dapat disusun hipotesis penelitian ini yaitu : Ada hubungan antara daya ledak tungkai dengan kecepatan pemain sepak bola SMA Negeri 18 Makassar.














BAB IV
METODE PENILITIAN

A.     Jenis dan Desain Penelitan
Jenis penelitian ini menggunakan  metode deskriptif analitik .Dalam penelitian ini penulis hanya mendeskripsikan daya ledak tungkai lalu dihubungkan dengan kecepatan dari pemain sepak bola SMA Negeri 18 Makassar.
Untuk memperlancar maka perlu langkah-langkah yang akan peneliti lakukan dalam penelitian ini. Desain ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi peneliti dalam melaksanakan setiap langkah-langkah penelitian yang akan diambil agar penelitian yang dilakukan sesuai prosedur yang benar untuk mencapai tujuan yang elah ditetapkan, desainnya seperti berikut :
          r1y

        
          r2y
         
Text Box: Keterangan :
X1	: Daya Ledak
X2	: Kecepatan
Y	: Korelasi X1 dan X2
r1y	: Koefisien X1
r2y	: Koefisien X2
R12 y	: Koefisien korelasi   X1 X2 

              R12 y





B.       Tempat dan Waktu Penelitian
1.    Tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 18 Makassar 
2.    Waktu penelitian
Waktu penelitian akan dilaksanakan mulai bulan Juli 2012.

C.      Populasi dan Sampel
1.    Populasi
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa yang terdaftar sebagai pemain sepak bola di SMA Negeri 18 Makassar sebanyak 22 orang.
2.    Teknik Pengambilan Sampel
Sampel diperoleh melalui teknik pengambilan sampel dengan cara total sampling yaitu semua populasi dijadikan sampel.

D.      Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data melalui data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil evaluasi dari Board Jump Test dan tes lari 30 meter. Sedangkan data sekunder diperoleh dari wawancara bebas untuk masing-masing pemain.



E.       Teknik Pengolahan Data
Data yang diperoleh selama penelitian berlangsung akan diolah dengan menggunakan bantuan program SPSS versi 15 melalui uji Crosstab (analisis Chi-Square). dan akan disajikan dalam bentuk tabel yang dilengkapi dengan narasi.

F.       Alur Penelitian
1.    Tahap awal
Peneliti melakukan observasi terhadap populasi yaitu semua pemain sepakbola SMA Negeri 18 Makassar. Jumlah populasi yang didapatkan langsung dijadikan sampel penelitian karena jumlah populasi yang terbatas. Kemudian setiap sampel diminta untuk mengisi dan menandatangani surat pernyataan kesediaan menjadi responden.

2.    Tahap pelaksanaan
Setelah didapatkan jumlah responden maka setiap responden diukur tingkat daya ledaknya dengan Board Jump Test dan hasilnya dicatat kedalam blanko Board Jump Test. Kemudian pada hari berikutnya, setiap responden diukur tingkat kecepatannya dengan tes lari 30 meter dan hasilnya dicatat kedalam blanko tes lari 30 meter.



3.    Tahap akhir
Data yang diperoleh adalah skor dan tingkat daya ledak, serta skor dan tingkat speed pada masing-masing responden. Data tersebut kemudian diolah dengan bantuan program SPSS menggunakan uji Crosstab (analisis Chi-Square).

G.      Instrumen Penelitian
1.      Protap Broad Jump Test,                              
2.      Protap lari cepat 30 meter                             
3.    Meteran.
4.    Alat tulis.
5.    Stopwatch
6.      Pulpen
7.      Lapangan lari 30 meter
8.      Bak lompat jauh
9.      Kapur


















BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN



A.      HASIL PENELITIAN
1.    Analisis Univariate
a.       Karakteristik Usia Responden
Penelitian ini merupakan penelitian analisis korelasi antara daya ledak (power) tungkai dengan kecepatan (speed). Dimana populasi adalah seluruh pemain sepak bola yang terdaftar sebagai anggota pemain Sepak Bola di SMA Negeri 18 Makassar, sebanyak 22 orang, jenis kelamin Laki-Laki dengan usia 15-18 tahun. Sampel diperoleh melalui teknik pengambilan sampel dengan cara total sampling yaitu semua populasi dijadikan responden. Adapun distribusi responden berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 5.1
Distribusi Responden Berdasarkan Usia

Usia
Frekuensi
%
15
5
23,8
16
4
19
17
11
52,4
18
1
4,8
Total
21
100
Mean (rerata)
16,38

Tabel diatas menunjukkan bahwa rata-rata responden berusia 16,38. Dengan responden yang berusia 17 tahun memiliki jumlah terbanyak yaitu 11 orang (52,4%) sedangkan responden yang berusia 18 tahun memiliki jumlah terkecil yaitu 1 orang (4,8%).
b.      Karakteristik Tingkat Kecepatan dan Daya Ledak Tungkai
Dalam pengambilan data, peneliti melakukan tes daya ledak dan tes kecepatan pada setiap sampel. Hasil tes kecepatan dan tes daya ledak dicocokkan kedalam tabel masing-masing, sehingga muncul kriteria kecepatan dan kriteria daya ledak. Nilai kecepatan dan daya ledak merupakan data kategori (skala data ordinal) yang akan didistribusikan pada tabel di bawah ini.
Tabel.5.2
Distribusi tingkat kecepatan pada pemain sepakbola
SMA Negeri 18 Makassar
Kriteria tingkat kecepatan
Frekuensi
%
Baik     : < 4, 34
14
66,7
Kurang : > 4,35
7
33,3
Total
21
100

Tabel diatas menunjukkan bahwa responden yang memiliki kecepatan dengan kriteria baik dalam jumlah terbanyak yaitu 14 orang (66,7%), dibandingkan dengan responden yang memiliki kecepatan kriteria kurang yaitu sebanyak 7 orang (33,3 %)
Tabel 5.3
Distribusi tingkat Daya Ledak pada Pemain sepakbola
SMA Negeri 18 Makassar
Kriteria tingkat
daya ledak
Frekuensi
%
Baik     : > 270
11
52,4
Kurang : < 269
10
47,6
Total
21
100
Tabel diatas menunjukkan bahwa responden yang memiliki daya ledak (power) dengan kriteria baik dalam jumlah terbanyak yaitu 11 orang (52,4%), dibandingkan dengan responden yang memiliki daya ledak (power) dengan kriteria  kurang yaitu sebanyak 10 orang (47,6 %).
2.    Analisis Bivariate
Penelitian ini merupakan penelitian analisis korelasi yang menggunakan skala data ordinal sehingga digunakan uji korelasi Chi-Square. Disamping itu, akan dipaparkan distribusi tingkat daya ledak (power) tungkai berdasarkan tingkat kecepatan (speed). Adapun hasil analisis data dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 5.4
Distribusi tingkat kemampuan lari cepat (speed)
Berdasarkan tingkat daya ledak (power) tungkai
Tingkat Daya ledak
Tingkat Kecepatan
Jumlah
Kurang
Baik
n
%
n
%
n
%
Kurang
Baik
11
0
52,4
0
3
7
14,3
33,3
14
7
66,7
33,3
Jumlah
11
52,4
10
47,6
21
100
                       
Tabel diatas menunjukkan gambaran berdasarkan tingkat daya ledak (power) tungkai berdasarkan tingkat kecepatan (speed). Pada daya ledak (power) tungkai kategori baik, lebih banyak responden yang memiliki kecepatan kriteria baik yaitu 7 orang (33,3%) namun tidak ada responden yang memiliki kecepatan cepat kriteria kurang. Sedangkan pada daya ledak (power) kriteria kurang, terdapat lebih banyak responden yang memiliki kecepatan kriteria kurang yaitu 11 orang (52,4%) dari pada responden yang memiliki kecepatan kriteria baik yaitu 3 orang (14,3%).







Tabel 5.5
Hasil Analisis Uji Korelasi tingkat daya ledak tungkai
dengan tingkat kecepatan (speed)

Hasil Analisis
p
Keterangan
Test Daya ledak
Test Kecepatan
Mean
SD
Mean
SD
0,001
S
4,47
0,29
255,1
16,74
Keterangan : Chi-Square , S : hubungan Signifikan.
Tabel diatas menunjukkan hasil uji korelasi Chi-Square nilai p = 0,001 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel kecepatan (speed) memiliki hubungan yang bermakna dengan variabel daya ledak (power) tungkai. Dengan demikian, kecepatan dapat mempengaruhi tingkat daya ledak (power) tungkai seseorang begitu pula sebaliknya.

B.       PEMBAHASAN
Responden penelitian adalah seluruh pemain sepak bola yang terdaftar sebagai anggota pemain Sepak Bola di SMA Negeri 18 Makassar, sebanyak 22 orang, jenis kelamin Laki-Laki dengan usia 15-18 tahun. Anggota tim tersebut merupakan pemain yang telah memiliki pengalaman bertanding sebanyak 5 kali dan mengikuti kegiatan latihan secara rutin.
Namun demikian, hasil penelitian pada tabel 4.2 dan 4.3 menunjukkan bahwa masih banyak pemain Sepak Bola di SMA Negeri 18 Makassar yang masih memiliki daya ledak (power) tungkai dan kemampuan lari cepat (speed) kategori kurang. Hal ini, mungkin disebabkan oleh program latihan yang tidak representatif terhadap beberapa komponen penting yang harus dimiliki oleh pemain sepakbola. Akan tetapi, itu bukan hal yang buruk juga, karena daya ledak otot dan kecepatan berlari pemain dapat dimaksimalkan pada usia 21- 45 tahun (Hamisah, 2007).
Daya ledak merupakan salah satu komponen dasar motorik atau kemampuan yang menunjang penampilan efektif dalam olahraga dan permainan (Kirkendall et al dalam Jumain, 2008). Daya ledak otot merupakan salah satu komponen fisik yang dibutuhkan dalam berbagai cabang olahraga dan merupakan kekuatan otot terbesar dalam periode waktu tersingkat menyelesaikan tugas. Begitu pula kecepatan (speed) melibatkan gerakan yang cepat dan reaksi yang cepat. Kecepatan juga merupakan komponen penting dalam berbagai cabang olahraga permainan karena untuk menghasilkan penyelesaian akhir yang cepat sangat dibutuhkan kecepatan.
Dalam olahraga sepakbola, lebih banyak melibatkan daya ledak siklis daripada daya ledak asiklis. Daya ledak siklis adalah daya ledak yang dilakukan pada keseluruhan suatu penampilan atau pada seluruh aktivitas fisik yang mengutamakan kecepatan bergerak keseluruhan tubuh. Dalam olahraga sepakbola dibutuhkan gerakan cepat seluruh tubuh dengan kapasitas strength yang tinggi, yang mencakup gerakan berlari cepat, mendrible bola dengan cepat, dan berlari sambil menendang bola.
Disamping itu, gerakan yang cepat dan reaksi yang cepat merupakan kualitas utama dari olahraga prestasi. Kecepatan dinyatakan dengan jarak yang ditempuh per satuan waktu. Sedangkan kecepatan lari yaitu  kemampuan seseorang untuk berlari untuk menempuh jarak dengan waktu yang sesingkat-singkatnya atau secepat-cepatnya. Dalam olahraga sepakbola, seorang pemain yang memiliki kecepatan dengan sangat tinggi dan konstan akan memiliki kemampuan untuk mengancam pertahanan lawan. Disamping itu, kecepatan gerak sangat dibutuhkan dalam berlari pada olahraga sepak bola karena kemampuan tersebut diperlukan untuk melampaui pemain lawan (pemain bertahan) dan menyelesaikan tugas sebagai pemain.
Kolaborasi daya ledak dan speed yang dimiliki oleh pemain sepakbola akan menghasilkan performa yang tinggi. Daya ledak dan speed dapat menunjang skill pemain sepakbola seperti gerakan mendribble bola denga cepat, berlari cepat melampaui lawan, gerakan berlari sambil menendang bola, menendang bola atas dengan tepat dan cepat. Komponen skill tersebut akan menghasilkan performa tinggi jika memiliki daya ledak dan speed yang tinggi secara bersamaan. Daya ledak tungkai sangat berkaitan dengan komponen strength (kekuatan) otot tungkai dan kecepatan gerak, sedangkan kecepatan adalah kemampuan melakukan suatu gerakan dalam waktu yang singkat (Jack H. Willmore, 1999. Carolyn Kisner, 1996). Kedua komponen skill related fitness tersebut (daya ledak dan kecepatan) memiliki hubungan yang erat, karena untuk mencapai daya ledak yang tinggi sangat dibutuhkan kecepatan gerak yang tinggi selain strength (kekuatan) otot. Hasil penelitian pada tabel 4.4 dan 4.5 menunjukkan bahwa daya ledak (power) tungkai memiliki hubungan yang signifikan dengan komponen kecepatan,(speed) dimana daya ledak (power) tungkai sangat mempengaruhi kecepatan (speed) begitu pula sebaliknya.




BAB VI

PENUTUP



A.      KESIMPULAN
Berdasarkan tujuan dan hasil penelitian diatas, maka dapat disimpulkan dibawah ini sebagai berikut :
1.    Dilihat dari tingkat daya ledak tungkai menunjukkan bahwa responden yang terbanyak adalah responden yang memiliki tingkat daya ledak tungkai kategori baik.
2.    Dilihat dari tingkat kecepatan menunjukkan bahwa responden yang terbanyak adalah responden yang memiliki tingkat kecepatan kategori baik.
3.    Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat daya ledak memiliki hubungan yang bermakna dengan tingkat speed, sehingga dapat dikatakan bahwa tingkat daya ledak dapat mempengaruhi tingkat speed begitu pula sebaliknya.

B.       SARAN-SARAN
1.    Disarankan kepada pelatih sepakbola untuk memperhatikan komponen daya ledak (power) tungkai dan kecepatan (speed) dalam program latihan dan pada saat seleksi pemain agar dapat  menghasilkan pemain yang prestasi yang tinggi.
2.    Disarankan kepada Fisioterapis olahraga yang berkecimpung diklub olahraga, khususnya sepakbola untuk memberikan edukasi kepada pelatih tentang pentingnya komponen daya ledak (power) tungkai dan kecepatan (speed).

DAFTAR PUSTAKA


Clarke, DH 1980. Muscular Streng and Endurance : Methode  for Development. Salt Lake City : Bringhon publishing Company

D .Durahim, 2007. Membandingkan Waktu Tempuh Lari 400 Meter Dengan Pemanasan 30% , 50%, dan 70% Denyut Jantung Maksimal (Tesis). Surabaya, Universitas Airlangga.

Fox, dkk, 1988. The Physiologikal Basis of phisical Education and Athletic. Philadelphia: Saunder Collage Publishing.

Hamisah, 2007. Study Tentang Daya Ledak Otot (Power) Atlet Sulsel Bangkit (Skripsi) Makassar, Universitas Hasanuddin

Iilhamjaya Patellongi, dkk., 2000. Fisiologi Olahraga, Jakarta Rajagrafindo Persada, Jakarta.

Jack H.W and David L.C. 1999. Physiology Of Sport and Exercise, Second edition Human Kinetics. USA.

Jensen, CR., Schuts, GW. Dan Bengerter BL, 1983. Applied Kinesiology and Biomechanics. Philadelphia:MC Graw-Hill Book Company

L. Johansyah. 2008. Membentuk Daya ledak otot tungkai Melalui Metode Latihan Maxex, (http://www.koni.or.id/files/documen/journal/2, diakses 19 maret 2009

M. Madri. 2004. Pengaruh Laihan Beban Sub Maksimal dengan High dan Low Speed Frequensi pada Leg-Press Trhadap Hypertropy dan Daya Ledak Otot Tungkai Atlet Bola Basket. Tesis tidak diterbitkan. Surabaya : Program pasca sarjana Universitas Airlangga Surabaya

Moeslim, M. 1997. Pengukuran dan evaluasi pelaksanaan program pelatihan cabang olah raga. Jakarta

O’Shea, jp.1987. Scientifc Principles and methods of Strengh Fitnes. Tokyo, Addsion Wisley Publishing Company

Oxedine, J.B. 1986. Physiologi of Motor Learning. New Jersey, Prentice-HallInc.Englewod Cliff

Wahyudi,  2001. Landasan evaluasi pendidikan jasmani. Jakarta : Rajagrafindo Persada

Werner Kuprian, 1995. Physical Therapy For Sport, 2nd Edition, W.B. Saunders Company, Philadelphia

Widjaja, S. 1998. Kinesiologi, Balai penerbit FKUI, Jakarta.

Wikipedia pondation . 2008. Sepakbola, (http: //id.Wikipedi.org/ sepakbola, diakses 17 maret 2009.)

Wood, J.,Rob.2008a. Fitnes Testing-standing long jump Test ( Broad Jump Test), (http//www.toendsport.com/testing/test/long jump.htm,  diakses 19 maret 2009