Jumat, 24 Desember 2010

MAMFAAT PIJAT BAYI ( FISIOTERAPI)

Efek Biokimia dan Fisik yang Positif
Efek biokimia yang positif dari pijat, antara lain:
§  Menurunkan kadar cathecolamine
§  Meningkatkan kadar serotonin.

Selain efek biokimia, pijatan memberikan efek fisik/klinis sebagai berikut.
Ø  Meningkatkan jumlah dan sitotoksisitas dari sistem immunitas
Ø  Mengubah gelombang otak secara positif
Ø  Memperbaiki sirkulasi darah dan pernapasan
Ø  Merangsang fungsi pencernaan serta pembuangan
Ø  Meningkatkan kenaikan berat badan
Ø  Mengurangi depresi dan ketegangan
Ø  Meningkatkan kesiagaan
Ø  Membuat tidur lelap
Ø  Mengurangi rasa sakit mengurangi kembung dan kolik (sakit perut)
Ø  Meningkatkan hubungan batin antara orang tua dan bayi
Ø  Meningkatkan volume air susu ibu


Berikut ini beberapa hasil laporan penelitian para pakar mengenai manfaat pijat bayi.

a.    Meningkatkan berat badan
Penelitian yang dilakukan oleh Prof T. Field & Scafidi (1986 & 1990) menunjukkan bahwa pada 20 bayi prematur (berat badan 1280 dan 1176 gram), yang dipijat 3×15 menit selama selama 10 hari, mengalami kenaikan berat badan per hari 20% – 47% lebih banyak dari yang tidak dipijat. Penelitian pada bayi cukup bulan yang berusia 1-3 bula, yang dipijit 15 menit, 2 kali seminggu selama 6 minggu didapatkan kenaikan berat badan yang lebih dari kontrol.

b.    Meningkatkan pertumbuhan
Schanberg (1989) melakukan penelitian pada tikus dan menemukan bahwa tanpa dilakukannya rangsangan raba/taktil pada tikus telah terjadi hormon pertumbuhan.

c.    Meningkatkan daya tahan tubuh
Penelitian terhadap penderita HIV yang dipijat sebanyak 5 kali dalam seminggu selama 1 bulan, menunjukkan terjadinya peningkatan jumlah dan toksisitas sel pembunuh alami (natural killer cells). Hal tersebut dapat mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi sekunder pada penderita AIDS.

d.    Meningkatkan konsentrasi bayi dan membuat bayi tidur lebih lelap
Umumnya, bayi yang dipijat akan tertidur lebih lelap, sedangka pada waktu bangun konsentrasinya akan lebih penuh. Di Touch Research Institute, Amerika, dilakukan penelitian pada sekelompok anak dengan pemberian soal matematika. Setelah itu, dilakukan pemijatan pada anak-anak tersebut selama 2×15 menit setiap minggunya selama jangka waktu 5 minggu. Selanjutnya pada anak-anak tersebut diberikan lagi soal matematika lain. Ternyata, mereka hanya memerlukan waktu penyelesaian setengah dari waktu yang dipergunakan untuk menyelesaikan soal terdahulu, dan ternyata pula tingkat kesalahannya hanya sebanyak 50% dari sebelum dipijat.

e.    Membina ikatan kasih sayang orang-tua dan anak (bonding)
Sentuhan dan pandangan kasih sayang orang tua pada bayinya akan mengalirkan kekuatan jalinan kasih di antara keduanya. Pada perkembangan anak, sentuhan orang tua adalah dasar perkembangn komunikasi yang akan memupuk cinta kasih secara timbal bali. Semua ini akan menjadi penentu bagi anak untuk secara potensial menjadi anak berbudi baik yang percaya diri.

f.     Meningkatkan produksi ASI
Berdasarkan penelitian Cyinthia Mersmann, ibu yang memijat bayinya mampu memproduksi ASI lebih banyak dibanding kelompok kontrol. Pada saat menyusui bayinya mereka merasa kewalahan karena ASI terus menerus menetes dari payudara yang tidak disusukan. Jadi pijat bayi dapat meningkatkan volume ASI  sehingga periode waktu pemberian ASI secara eksklusif dapat ditingkatkan, khususnya oleh ibu-ibu karyawati.   
           

II. 2    MEKANISME DASAR PEMIJATAN (FISIOLOGI PIJAT BAYI)

Satu hal yang sangat menarik pada penelitian tentang pemijatan bayi adalah penelitian tentang mekanika dasar pemijatan. Mekanisme dasar dari pijat bayi belum banyak diketahui. Walaupun demikian, saat ini para pakar sudah mempunyai beberapa teori tentang mekanisme ini serta mulai menemukan jawabannya.
Diajukan beberapa mekanisme untuk menolong menerangkan mekanisme dasar pijat bayi, antara lain : pengeluaran beta endorphin, aktivitas nervus vagus, dan produksi serotonin.

A.  Beta Endorphin Mempengaruhi Mekanisme Pertumbuhan
Pijatan akan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak. Tahun 1989, Schanberg dari Duke University Medical School melakukan penelitian pada bayi – bayi tikus. Pakar ini menemukan bahwa jika hubungan taktil (jilatan-jilatan) ibu tikus ke bayinya terganggu akan menyebabkan hal – hal berikut ini :
  • Penurunan enzim ODC ( ornithine decarboxylase ), suatu enzim yang menjadi petunjuk peka bagi pertumbuhan sel dan jaringan
  • Penurunan pengeluaran hormon pertumbuhan
  • Penurunan kepekaan ODC jaringan terhadap pemberian hormon pertumbuhan
Pengurangan sensasi taktil akan meningkatkan pengeluaran suatu neurochemical beta endorphine, yang akan mengurangi pembentukan hormon pertumbuhan karena menurunnya jumlah dan aktivitas ODC jaringan.

B. Aktivitas Nervus Vagus Mempengaruhi Mekanisme Penyerapan Makanan
Penelitian Field dan Schanberg (1986) menunjukkan bahwa pada bayi yang dipijat mengalami peningkatan tonus nervus vagus ( saraf otak ke-10) yang akan menyebabkan peningkatan kadar enzim penyerapan gastrin dan insulin. Dengan demikian, penyerapan makanan akan menjadi lebih baik. Itu sebabnya mengapa berat badan bayi yang dipijat meningkat lebih banyak daripada yang tidak dipijat.

C.  Aktifitas nervus vagus meningkatkan volume ASI
Penyerapan makanan menjadi lebih baik karena peningkatan aktifitas nervus vagus menyebabkan bayi cepat lapar sehingga akan lebih sering menyusu pada ibunya. Akibatnya, ASI akan lebih banyak diproduksi. Seperti diketahui, ASI akan semakin banyak diproduksi jika semakin banyak di minta. Selain itu, ibu yang memijat bayinya akan merasa lebih tenang dan hal ini berdampak positif pada peningkatan volume ASI.

D.  Produksi Serotonin Meningkatkan Daya Tahan Tubuh
Pemijatan akan meningkatkan aktivitas neurotransmiter serotonin, yaitu meningkatkan kapasitas sel reseptor yang berfungsi mengikat glukokortikoid (adrenalin, suatu hormon stres). Proses ini akan menyebabkan terjadinya penurunan kadar hormon adrenalin (hormon stres). Penurunan kadar hormon stres ini akan meningkatkan daya tahan tubuh, terutama IgM dan IgG.

E. Pijatan dapat mengubah gelombang otak.
Pijat bayi akan membuat bayi tidur lebih lelap dan meningkatkan kesiagaan (alertnes) atau kosentrasi. Hal ini disebabkan pijatan dapat mengubah gelombang otak. Pengubahan ini terjadi dengan cara menurunkan gelombang alpha dan meningkatkan gelombang beta serta tetha, yang dapat di buktikan dengan penggunaan EEG (electro enchephalogram).

Kamis, 23 Desember 2010

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA SPONDILOSIS CERVIKAL

BAB I
PENDAHULUAN

Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi hidup manusia,baik ditinjau dari jasmani maupun rohani.Karena dengan hidup yang sehat manusia dapat melakukan segala aktifitasnya dengan baik. Namun pada kenyataan saat ini kesehatan menjadi hal yang jarang diperhatikan oleh kebanyakan orang. Tingkat kesibukan yang tinggi membuat manusia seakan lupa akan kesehatan dirinya. Tanpa disadari segala hal yang dilakukan sangat jauh dari perilaku hidup sehat. Dalam ilmu kesehatan segala aktifitas manusia sangat besar berpengaruh terhadap kesehatan pribadinya.
Tubuh manusia dibentuk oleh struktur tulang belakang yang sangat kuat dimana berfungsi sebagai penyanggah berat badan,yang terdiri dari beberapa bagian yakni salah satunya tengkuk yang mempunyai peranan sangat besar.Selain itu, tengkuk merupakan bagian tubuh yang paling unik karena terdiri dari beberapa sendi kompleks dilalui oleh saraf dan pembuluh darah,otot-otot,tendon,dan ligamennya,yang memungkinkan tengkuk bergerak secara kompleks. Disamping itu tengkuk juga daerah yang paling banyak mendapat ketegangan atau stress, baik waktu istrahat apalgi jika sedang bekerja serius,misalnya sewaktu duduk di kantor sepanjang hari dengan posisi duduk atau kursinya kurang nyaman,hal ini akan mempercepat terjadinyan nyeri tengkuk utamanya pada otot ekstensor yang berperan besar dalam mempertahankan postur leher dan menopang kepala, akibatnya otot ekstensor cervical sering mengalami gangguan berupa spasme atau tightness yang memicu terjadinya nyeri tengkuk.
Aktifitas manusia yang tidak teratur dapat mengakibatkan timbulnya gangguan terhadap kesehatan manusia itu sendiri. Salah satunya adalah cervical syndrome. adalah nyeri yang dirasakan pada daerah cervical dimana nyeri yang timbul disebabkan oleh penggunaan  secara terus-menerus dan berlebihan pada otot tersebut. Penyebab lain biasanya disebabkan karena adanya kerusakan pada struktur tulang,otot, ataupun pada faset joint.

BAB II
ANATOMI FISIOLOGI CERVICAL

A.      Segmental Cervical
Gerakan pada cervical lebih luas serta sudut facet sendinya lebih kearah transversal dibandingkan dengan thoracal atau lumbal. Cervical terdiri dari ruas dengan ciri-ciri sebagai berikut :
1.         Corpus vertebra kecil, pendek berbentuk segi empat
2.         Foramen vertebra berbentuk segi tiga dan besar
3.         Processus transversus terletak di sebelah processus articularis
4.         Pada processus transversus terdapat foramen costo transversarium yang dilalui oleh arteri dan vena vertebralis
5.         Processus transversus mempunyai dua tonjolan, yaitu tuberculum anterior dan tuberculum posterior, yang dipisahkan oleh sulcus spinalis dan dilalui oleh nervus spinalis.
Karena susunan anatomis dan fungsi yang berbeda, maka dapat dipilah dalam segmentasi sebagai berikut :
1.    Atlanto occypitalis (C0 – C1)
Merupakan sendi sinovial jenis ovoid yang dibentuk inferior articular face atlas cekung. Gerak utama fleksi-ekstensi sehingga dikenal sebagai “yes joint”.
2.    Atlanto axialis (C1 – C2)
Merupakan sendi sinovial jenis sendi putar, dibentuk oleh atlas arc dengan dens dimana gerak utamanya rotasi kanan-kiri, sehingga dikenal sebagai “no joint”.
3.    Intervertebral joint (C2 – C7)
Gerakan ke segala arah, dengan gerakan dominan seperti ekstensi, fleksi, dan lateral fleksi.


4.    Facets dan Uncovertebral joint
Mulai dari C2 ke bawah membentuk intervertebral joint atau facets dimana terletak lebih pada bidang transversal. Facet dibentuk oleh processus articular inferior dengan processus articular superior vertebra bawahnya, dimana arah permukaan sendi dalam bidang transversal sehingga memungkinkan luasnya ke segala arah. Sudut kemiringan dan sudut bukaan facet tiap segmen bervariasi, sehingga memiliki dominasi gerakan yang bervariasi tiap segmen.
Uncovertebral (uncinate) joint bukan merupakan sendi yang sebenarnya tetapi merupakan pertemuan tepi lateral corpus vertebra cervicalis, yang berkembang dan degenerasi sesuai umur. Uncovertebral terdapat pada cervical spine saja, juga sebagai stabilisasi dan mengarahkan gerak segmental sehingga lebih dominan fleksi-ekstensi.

B.       Otot-otot Regio Cervical
Otot-otot regio cervical terdiri atas kelompok otot bagian anterior, posterior dan bagian lateral.

1.    Bagian Anterior
Pada bagian anterior, terdapat otot prevertebralis cervical dan otot hyoid.
a.    Otot Prevertebralis Cervical
Otot prevertebralis terdiri atas otot longus colli dan longus capitis, serta otot rectus capitis anterior dan otot rectus capitis lateralis. Otot longus colli dan longus capitis berjalan vertikal ke atas di depan vertebra, longus colli berasal dari 3 thoracal bagian atas sampai pada C1 (atlas) dan longus capitis berasal dari cervical bawah ke os occipital.
Otot rectus capitis berjalan secara oblique ke atas dari atlas ke tengkorak, rectus capitis anterior berjalan kearah medial dan rectus capitis lateralis berjalan kearah lateral. Kecuali otot longus colli, otot-otot tersebut di atas berperan dalam gerak fleksi kepala dan leher ketika otot-otot sisi kiri dan sisi kanan bekerja bersama-sama. Pada aksi yang terpisah, otot-otot tersebut berfungsi dalam gerak fleksi kepala dan leher ke arah lateral atau rotasi pada sisi yang berlawanan. Otot longus colli hanya bekerja pada leher dan bekerja aktif pada fleksi yang ditahan, lateral fleksi yang ditahan dan rotasi pada sisi yang sama. Otot ini juga menstabilisasi leher selama batuk, bicara dan menelan.
b.    Otot Hyoid
Otot ini di kenal juga sebagai otot yang berbentuk tali. Otot hyoid  adalah otot-otot bagian anterior yang kecil pada regio cervical. Otot ini terdiri atas otot suprahydois dan 4 otot infrahyidois.
Otot Hyoid berperan di dalam gerak fleksi kepala dan leher. Otot tersebut merupakan otot-otot utama dalam fase-fase menelan, tetapi berkontraksi pada fleksi cervical melawan tahanan.

2.    Bagian Posterior
Pada bagian posterior cervical terdapat otot splenius capitis dan cervicis, group otot suboccipitalis, erector spine, serta otot semispinalis cervicis dan capitis.
a.    Otot Splenius Capitis dan Cervicis
Kedua otot ini terdiri atas ikatan serabut paralel, berjalan keluar dan keatas dari perlekatannya di bawah kearah sentral/medial sampai perlekatannya di atas lebih kearah lateral. Otot splenius capitis jauh lebih besar daripada splenius cervicis.
Ketika sisi kiri dan kanan berkontraksi secara bersaman kedua otot tersebut berperan dalam gerak ekstensi dan hyperekstensi kepala serta leher. Kedua otot ini juga membantu menopang kepala dan postur tegak.
Jika satu sisi berkontraksi sendiri dapat menghasilkan fleksi kepala, lateral fleksi leher dan juga rotasi leher pada sisi yang sama. Otot-otot ini dapat dipalpasi pada posterior leher tepatnya dibagian lateral dari upper trapezius dan bagian posterior dari sternocleidomastoid di atas levator scapula. Otot ini khususnya berkontraksi jika kepala ekstensi melawan tahanan dalam posisi tengkurap dan kedua shoulder rileks. Tetapi hal ini sulit di identifikasi.


b.    Group Otot Suboccipitalis
Group otot ini terdiri dari 4 otot yang pendek yang terletak pada bagian belakang bawah dari tengkorak (os occipital) dan 2 vertebra bagian atas. Group otot ini mencakup obliques capitis superior dan inferior, serta rectus capitis posterior major dan minor.
Aksi/kerja otot secara bersamaan pada kedua sisi menghasilkan ekstensi dan hiperekstensi kepala. Ketika satu sisi bekerja sendiri maka terjadi lateral fleksi kepala atau rotasi kepala ke sisi yang sama.
c.    Erector Spine
Otot ini dikenal sebagai massa otot yang besar dan terbagi ke dalam 3 cabang yaitu otot iliocostalis, longissimus, dan otot spinalis. Khusus regio cervical hanya terdapat otot iliocostalis dan otot longissimus. Otot iliocostalis terdiri dari bagian lumbal, thoracal dan cervical. Pada regio cervical, otot iliocostalis cervicis melekat pada processus transversus C4 kemudian bersambung pada regio thoracal dengan nama iliocostalis thoracal. Otot longisimus terdiri dari 3 bagian yang berbeda yaitu longissimus thoracis, longissimus cervicis dan longissimus capitis. Longissimus cervicis adalah otot yang kecil dan terletak agak dekat dengan spine melekat dari processus transversus vertebra thoracal atas sampai pada proseccus transversus vertebra cervical bawah. Longissimus capitis adalah otot yang tipis dan melekat dari vertebra cervical pada 2/3 bagian bawah cervical, kemudian berjalan keluar dan keatas pada processus mastoideus os temporalis.
Otot erector spine pada regio cervical jika berkontraksi secara bersamaan pada kedua sisi akan menghasilkan gerakan ekstensi kepala. Jika hanya berkontraksi pada satu sisi, khususnya yang berhubungan dengan otot bagian lateral dan anterior pada sisi yang sama maka akan menghasilkan gerakan lateral fleksi.
d.   Otot Semispinalis Cervicis dan Capitis
Otot ini terletak dekat dengan vertebra pada bagian dalam dari erector spine. Bagian thoracal dan cervical terdiri dari bundel-bundel serabut otot yang kecil yang berjalan kearah medial dan keatas sampai beberapa processus vertebra di atasnya. Bagian bawah semispinalis capitis melekat dari vertebra thoracal bagian atas dan berjalan sedikit ke medial, tetapi bundel-bundel serabutnya pada regio cervical berjalan vertikal ke os occipital.
Ketika kedua sisi otot-otot serabut tersebut berkontraksi secara bersamaan maka akan menghasilkan ekstensi cervical. Dan ketika hanya satu sisi berkontraksi maka akan menghasilkan lateral fleksi dan rotasi pada sisi yang berlawanan.

3.    Bagian Lateral
Pada bagian lateral cervical, terdiri atas otot scalenus anterior, posterior dan medius, serta otot sternocleidomastoid.

a.    Otot Scalenus Anterior, Posterior dan Medius
Ketiga otot ini berjalan diagonal ke atas dari sisi 2 costa atas sampai processus transversus vertebra cervical. Aksi ketiga otot secara bersamaan pada kedua sisi akan menghasilkan fleksi cervical, dan aksi ketiga otot pada satu sisi akan menghasilkan lateral fleksi leher. Ketiga otot ini dapat dipalpasi pada sisi leher antara sternocleidomastoid dan upper trapezius tetapi sulit diidentifikasi. (Basmajian and Deluca, 1985)

b.    Otot Sternocleidomastoid
Otot ini terdiri dari 2 caput, satu caput dari puncak sternum dan satu caput lainnya dari puncak clavicula sekitar dua inchi ke lateral dari costa satu. Kedua caput otot ini menyatu dan melekat pada tulang tengkorak tepat dibawah dan dibelakang telinga.
Aksi otot pada kedua sisi secara bersamaan akan menghasilkan fleksi kepala dan leher. Aksi otot pada satu sisi akan menghasilkan fleki kepala dan lateral fleksi leher, juga menghasilkan rotasi pada sisi yang berlawanan. Otot ini mudah dipalpasi pada sisi leher tepat dibawah telinga ke depan leher pada salah satu sisi dari sternoclavicular joint.
BAB III
PATOLOGI

Nyeri tengkuk adalah suatu gangguan/kelainan yang ditandai dengan adanya rasa nyeri pada daerah leher yang disebabkan oleh berbagai faktor penyebab seperti trauma, ketegangan kronis pada otot dan tendon daerah tengkuk, penyakit degeneratif dan radang, faktor psikososial, kelainan kongenital atau karena faktor resiko kerja. Nyeri tengkuk bisa disebabkan karena adanya kerusakan pada struktur tulang, otot ataupun pada faset joint.
Nyeri tengkuk yang disebabkan oleh deviasi postur pada cervical spine. Kondisi ini disebabkan oleh aktivitas kegiatan sehari-hari yang banyak melibatkan postural cervical.
Spondilosis diawali dengan proses degeneratif  yang ditandai dengan menurunnya sistem metabolik atau sirkulasi darah atau adanya faktor traumatik yang berulang-ulang . Akibatnya terjadi kerusakan (disorders) pada discus intervertebralis. Elastisitasnya menurun diikuti berkurangnya cairan sendi dan penurunan sistem difusi di Cartilago akan mengalami kerusakan yang pada akhirnya akan berkurang. Inter space antar diskus semakin kecil yang berakibat mikro trauma pada kedua fascies corpus vertebra . keadaan akan diikuti proliferasi jaringan tulang baru yang akan berubah menjadi proses osifikasi dan calsifikasi tulang yang pada akhirnya membentuk osteofit. 

Penyebab nyeri tengkuk, yaitu :
1.      Trauma
Trauma/luka atau keseleo disebabkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor yang menyebabkan cedera lecutan (whiplash injury), kecelakaan akibat pekerjaan atau akibat kontak yang keras waktu olahraga atau perkelahian yang kemudian menyebabkan sakit tengkuk.
2.      Ketegangan kronis pada otot dan tendon daerah tengkuk
Sikap yang tidak baik selama bekerja menyebabkan terjadinya ketegangan kronis pada tengkuk (misalnya menundukkan kepala yang berkepanjangan sehari-harinya) dimana ligament sangat regang, otot menjadi lelah.
Jika otot berkontraksi dalam waktu yang lama, maka akan menyebabkan penimbunan sisa metabolik disekitar otot dan mengiritasi saraf sehingga timbul nyeri (Carolyne, 1990).
3.      Penyakit degeneratif dan radang
Diskus dan sendi pada leher sering mengalami perubahan degeneratif yang prevalensinya meningkat sesuai umur. Hal ini dapat mengurangi kapasitas kerja.
Gejala dari arthritis umumnya berhubungan dengan degenerasi diskus dalam sendi. Degenerasi diskus dapat terjadi karena sprain, inflamasi dan pengapuran sendi. Pada beberapa kasus, penyakit degeneratif ini menyebabkan nyeri.
4.      Faktor psikososial
Faktor psikososial seperti beban kerja yang banyak, pekerjaan yang monoton dan kontrol yang rendah pada situasi pekerjaan serta tingkat sosial.
5.      Kelainan kongenital
Seseorang yang lahir dengan bentuk vertebra yang tidak normal atau  sambungan yang lepas pada daerah leher mungkin berkaitan dengan terjadinya sakit tengkuk bila ruas-ruas tulang belakang mulai menekan spinal cord.




BAB IV
STATUS KLINIK

A.      KETERANGAN UMUM PASIEN
1.         N a m a                     : Ny. R
2.         U m u r                     : 38 thn
3.         Jenis Kelamin           : Perempuan
4.         A l a m a t                : Kompleks perumahan batang ase
5.         A g a m a                  : Islam
6.         Pekerjaan                  : IRT

B.       DATA-DATA MEDIS RUMAH SAKIT
1.         Diagnosa Medis       : Cervical Syndrom
2.         Catatan Klinis          : -

C.      SEGI FISIOTERAPI

1.         Anamnesis (Auto anamnesis)
a.    Keluhan Utama                    :  Nyeri pada bagian leher
b.    Sifat keluhan                        : Menjalar sampai ke lengan dextra
c.    RPP                                      : 2 bulan yang lalu pasien tiba-tiba merasa sakit pada leher sisi sinistra kemudian pasien memeriksakan diri ke dokter saraf lalu di anjurkan untuk X-Ray hasilnya adanya spondilosis pada cervical 4-6 lalu pasien di rujuk ke fisioterapi.
d.   Kondisi umum                     :  Baik
e.    Riwayat keluarga                 :  Tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit yang sama


2.         Pemeriksaan

a.    Pemeriksaan Fisik

1)   Vital Sign
a)   Tekanan Darah           :  130/90 mmHg
b)   Denyut nadi                :  64x/menit
c)   Pernapasan                  :  24x/menit
d)  VAS                           : 6,2 (nyeri sedang)

2)   Inspeksi

a)   Statis                           : 
Dilihat dari Anterior
Dilihat dari Lateral
Dilihat dari Posterior

-      Bahu pasien simetris

-      Kepala pasien normal


-          Kepala pasien normal
-          Tidak ada atropi otot

-          Tidak ada atropi otot

b)      Dinamis                       :     Pasien merasa terganggu ketika menggerakkan kepalanya kearah lateral fleksi kiri.

3)   Tes Orientasi               : - Gerakan fleksi – Ekstensi cervical
                                                        - Abduksi elevasi lengan
Hasil                : Pasien dapat melakukannya dengan sempurna tanpa ada rasa nyeri.



4)   Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar
Regio cervical
Jenis Gerakan
Gerak Aktif
Gerak Pasif
T I M T
Fleksi

Tidak nyeri

Tidak nyeri
(elastic endfeel)
Tidak  nyeri
(Tidak ada kelemahan)
Ekstensi

Tidak Nyeri

 Tidak Nyeri
(hard endfeel)
Tidak Nyeri
(Tidak ada kelemahan)
Lateral Fleksi

Nyeri

Nyeri
(elastic endfeel)
Nyeri
(Tidak ada kelemahan)
Rotasi

Tidak nyeri

Tidak nyeri
(elastic endfeel)
Tidak nyeri
(Tidak ada kelemahan)

5)   Kognitif, Intrapersonal dan Interpersonal   : Baik

6)   Aktivitas Fungsional       :  Pasien masih dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik

7)   Lingkungan Aktivitas     :  Suasana lingkungan aktivitas pasien baik

b.    Pemeriksaan Spesifik
·         MMT
*      Group otot fleksi jari-jari           : 4
*      Group otot ekstensi jari-jari       : 4
*      Group otot fleksi elbow             : 4
*      Group otot ekstensi elbow         : 4
IP       : Adanya kelemahan otot untuk extremitas superior bagian dextra.
·         Pemeriksaan ROM dengan geniometer
*      ROM aktif
ü  Cervical           : S 400.00.300
                           F 350.00.400
*      ROM pasif
ü  cervical            : S 450.00.350
                           F 400.00.450  
                        IP : Adanya keterbatasan ROM pada cervical pada gerakan lateral fleksi sinistra.
·         Palpasi                            
                        Tujuan                             : Untuk mengetahui apakah ada spasme
                        Teknik                             : Meraba atau menekan bagian yang akan dipalpasi
                        Hasil                                :  Tidak terdapat nyeri
IP                                   : Tidak ada spasme pada otot leher.
·        Tes kompresi                  
                        Tujuan                             : Untuk mengetahui apakah ada penyempitan saraf
                        Teknik                             : Tekan atau kompresi kepala pasien
                        Hasil                                : ( + )
IP                                   : Adanya penyempitan saraf pada bagian dextra extremitas superior.

·        Tes valsava                     
            Tujuan                             : Untuk mengetahui adanya nyeri radikuler yang berpangkal di tengkorak sevical dan menjalar ke lengan
                       Teknik                              : Pasien mengejan saat menahan nafas
                       Hasil                                 :  (+)
IP                                      : Adanya nyeri radikuler yang berpangkal di cervical dan menjalar sampai ke lengan.
·         Tes Naffsiger                
Tujuan                      : Untuk mengetahui apa ada nyeri radiculer yang       melintasi kawasan dermatomnya.
                       Teknik                                   : Minta pasien untuk mengejan saat kedua vena  jugularis ditekan
                       Hasil                                     : ( +)
IP                                           : Ada nyeri radikuler yang melintasi kawasan dermatom.

3.      Diagnosis       : “Gangguan Fungsional Leher Akibat Servical Syndrome Karena Spondilosis Cervical 4-5.”

4.         Problematik Fisioterapi
a.    Nyeri
b.    Kelemahan otot
c.    Keterbatasan ROM

5.         Program Rencana Tindakan Fisioterapi
Tujuan:
a.          Jangka panjang          : Mengembalikan kapasitas fisik dan kemampuan fungsional leher.
b.      Jangka pendek                        : - Menurunkan nyeri
-          Memperkuat otot lengan sisi dextra
-          Meningkatkan ROM cervical

6.         Prognosis
a.    Quo ad vitam             :  Baik
b.    Quo ad sanam            :  Baik
c.    Quo ad fungsional      :  Baik
d.   Quo ad cosmetican     : Baik
7.    Intervensi Fisioterapi

No
Problematik
Modalitas
Dosis
1.
Nyeri
HFC



TENS



Vibrator
F : Setiap hari
I  : 80 %
T : Segmental
T : 5 menit
F : Setiap hari
I : 4 mA
T : 4 ped
T : 10 menit
F : Setiap hari
I : high
T : Kontak langsumg
T : 5 menit
2.
Kelemahan otot
Strengthening
F : Setiap hari
I  : 25 kali pengulangan dengan 8x repetisi
T : Strengthening
T : 5 menit


Static kontraksi
F : Setiap hari
I  : 25 kali pengulangan dengan 8x repetisi
T : Static kontraksi
T : 5 menit
3.
Keterbatasan ROM
Traksi-translasi
F : Setiap hari
I  : 15 kali pengulangan dengan 8x repetisi
T : Traksi-translasi
T : 5 menit



8.    Evaluasi

No
Problematik
Sebelum
Sesudah
Kesimpulan
1.
Nyeri
VAS : 6,2
VAS : 4,6
Nyeri menurun
2.
Kelemahan otot
MMT : 4
MMT : 5
Kekuatan otot meningkat
3.
Keterbatasan ROM
ROM lateral fleksi kiri : 350
ROM lateral fleksi kiri : 450
ROM meningkat