Selasa, 28 Februari 2012

Misteri Sejarah Peradaban Manusia, Kapal Nabi Nuh

Banjir besar dunia (Bencana Nuh), berdasarkan temuan-temuan geologi diperkirakan terjadi pada sekitar tahun 11.000 SM atau 13.000 tahun yang lalu. Selain temuan geologi, Peristiwa Bencana Nuh, juga meninggalkan Jejak Arkeologis berupa Patung Sphinx di Mesir (sumber : Patung Sphinx, Bukti Arkeologis Bencana Nuh 13.000 tahun yang silam).
Bencana Nuh ini juga melanda Nusantara. Hal ini bisa kita buktikan, dengan ditemukannya, ikan spesifik yang bernama ikan belido, pada dua pulau yang berbeda, yakni Sumatera (sungai musi) dan Kalimantan (sungai kapuas).
Diperkirakan, Pulau Sumatera dan Kalimantan, dahulunya menyatu, dimana sungai musi dan sungai kapuas, merupakan anak sungai, dari sebuah sungai, yang saat ini berada di dasar laut Selat Malaka. (sumber : Banjir di Zaman Nabi Nuh dan Forum Diskusi Banjir Nuh)
Berdasarkan ilmu Geografi, Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Jazirah Malaka dipisahkan oleh laut yang dangkal. Diperkirakan sebelum terjadi bencana Nuh, pulau-pulau itu berada dalam satu daratan, yang disebut Keping Sunda (Sunda Plat).
Beberapa ilmuwan, diantaranya Profesor Aryso Santos dari Brasil, menduga Keping Sunda ini, dahulunya merupakan benua Atlantis, seperti disebut-sebut Plato di dalam bukunya Timeus dan Critias.

Peradaban Tinggi Masa Lalu

Berdasarkan kepada penemuan naskah kuno di dalam Piramid Besar Cheops, yang mengatakan piramid dibangun ‘pada waktu gugusan bintang Lyra berada di rasi Cancer’. Menurut sejarawan, Abu Said El Balchi, peristiwa tersebut terjadi pada sekitar 73.300 tahun yang lalu. (sumber : Forbidden archeology).
Kemajuan teknologi di masa lalu, juga terlihat dari kecanggihan, kapal yang dibuat Nabi Nuh bersama pengikutnya, sekitar 11.000 SM (13.000 tahun yang lalu).
Mari kita coba bayangkan…
Kapal ini bisa memuat ribuan bahkan mungkin ratusan ribu pasang hewan, yang kelak menjadi nenek moyang hewan masa kini….
Masing-masing hewan harus ditempatkan sesuai dengan habitatnya. Unta harus di tempat yang panas. Pinguin harus di daerah dingin. Belum lagi buat binatang-binatang kecil seperti semut, kutu, jangkrik, dll. Semuanya harus disiapkan tempat khusus. Kalau tidak, wah, jelas binatang-binatang kecil itu bisa terinjak-injak oleh binatang-binatang lainnya.
Untuk pelayaran berminggu-minggu jelas diperlukan gudang makanan yang besar dan canggih. Kalau tidak, bisa-bisa semua tikus dimakan ular, akibatnya tikus menjadi punah. Belum lagi makanan buat harimau, singa dan buaya. Untuk sapi, kambing dan kuda juga harus disiapkan rumput segar.
Tempat makanan juga harus steril, sebab kalau sampai hewan itu sakit lalu mati, hewan tersebut akan menjadi punah. Mungkin kita tidak akan pernah melihat lagi di masa sekarang kalau saja di masa itu telah punah.
Kapal tersebut juga dirancang agar tahan terhadap terjangan ombak dan air bah, yang mungkin 1000x lebih hebat dari tsunami. Dan harus menahan beban ribuan hewan.
Di dalam Al Qur’an diceritakan, gelombang air ketika itu laksana gunung, sebagaimana firman-Nya :
”Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung…(QS. Hud (11) ayat 42-43).
Bahkan berdasarkan pendapat, salah seorang cendikiawan Muslim, Ustadz Nazwar Syamsu, dalam Buku Serial “Tauhid dan Logika“, bencana Nuh ini, telah mengakibatkan bergesernya kutub utara bumi, dari Makkah kepada posisinya yang sekarang.
Kapal Nabi Nuh AS ini dibuat di atas bukit yang tinggi. Diperlukan peralatan yang canggih untuk mengangkut bahan bangunannya. Belum lagi perhitungan struktur kapal yang harus teliti, tentunya untuk proyek raksasa perjalanan Nabi Nuh AS dan pengikutnya, tidak mungkin dibuat secara asal-asalan.
.
The Great Noah Ark, belum ditemukan

Dengan memperhatikan, betapa dahsyatnya teknologi Bahtera Nuh ini, rasanya sulit bagi kita untuk mempercayai temuan Ekspedisi “Noah’s Ark Ministries International” (NAMI) dari Hongkong, yang mengklaim telah menemukan ”The Great Noah Ark”, di gunung Arafat Turki, pada ketinggian 4.000 meter, sekitar bulan April 2010.
Lagipula Kapal Nabi Nuh, yang mereka temukan diperkirakan terbuat dari susunan kayu purba, dan berdasarkan hasil penelitian, telah berumur 4.800 tahun.


Apa mungkin, ada sebuah kapal kayu bisa bertahan dari bencana Nuh, yang gelombangnya laksana gunung, dengan kekuatan mungkin 1.000 kali, lebih hebatnya dari Tsunami di Aceh ?

Apa ada bukti arkeologis, yang menyatakan pada 4.800 tahun yang lalu, pernah terjadi banjir besar di permukaan bumi ?
Intinya, Kapal Nabi Nuh AS merupakan kapal tercanggih yang pernah dibuat umat manusia. Dan sampai saat ini, keberadaannya masih misterius.
Bencana banjir di masa Nabi Nuh AS telah menghancurkan dan menenggelamkan peradaban tinggi umat manusia pada masa itu. Akibatnya peradaban itu musnah tak bersisa kecuali sebagian kecil saja yang diselamatkan, dan semua itu telah membawa kembali umat manusia kepada zaman batu.

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PENDERITA FROZEN SHOULDER


BAB I
PENDAHULUAN

Banyak orang mengeluh tentang “tidak bisa menyisir rambut, tidak bisa memasang BH, tidak bisa mengambil dompet dari saku belakang”.karena rasa nyeri yang hebat sewaktu melakukan gerakan-gerakan tersebut. Dan biasanya bukan hanya rasa nyeri yang dirasakan, tetapi juga ada keterbatasan gerak sendi bahu ketika gerakan di sendi glenohumeral dilakukan. Istilah untuk semua gangguan pada sendi bahu yang menimbulkan nyeri dan pembatasan lingkup gerakan disebut Frozen shoulder.
Pada sendi glenohumeral terdapat banyak jaringan, baik jaringan miofasial maupun jaringan tulang yang berpotensi untuk terkena gangguan. Pembatas lingkup gerakan di sendi bahu akibat gangguan miofasial sering dikelompokkan juga dalam frozen shoulder, sehingga termasuk di dalamnya Bursiris Akromialis, Tendinitis Supraspinatus, Tendinitis Bisipitalis, yang tepatnya digolongkan dalam kelompok periarthritis.
Pembagian Frozen shoulder   :
1.      Periarthritis
a.       Tendinitis Supraspintus
b.      Tendinitis Bisipitalis
c.       Bursitis Akromialis  

2.      Kapsulitis Adehesive 
Penderita kapsulitis adhesive juga menyajikan keluhan yang sama seperti pada penderita periarthritis, yaitu tidak dapat menyisir rambut karena nyeri dan bagian di depan samping bahu. Nyeri pada daerah tersebut terasa jika lengan digerakkan secara aktif, ini berarti bahwa gerakan aktif dibatasi nyeri. Tetapi bila gerakan pasif diperiksa, maka ternyata gerakan tersebut pun terbatas karena adanya sesuatu yang disebabkan oleh perlengketan. Bila diperiksa, maka nyeri yang dirasakan bagian depan dan samping bahu menjalar ke lipatan siku dan ke permukaan anterior lengan bawah serta ke daerah otot pectoralis
Keterbatasan sendi bahu (kaku pada bahu) dikaitkan dengan kapsula adhesive secara langsung disebabkan oleh :
1.      Causa Primair
a.       Pengerutan / atropi dari hampir seluruh atau sebagian kapsula sendi glenohumeral pada bagian anterior dan caudal
b.      Perlengketan antara kapsula sendi jaringan lunak disekitarnya 
c.       Penurunan tingkat elastisitas kapsula sendi   
2.      Causa Sekundair
a.       Adanya nyeri saat sendi diupayakan bergerak / digerakkan (mobilisasi)
b.      Kelemahan otot di sekitar bahu   
Keadaan bahu seperti di atas dapat diawali dengan tendinitis Supraspinatus / Bisipitalia atau Bursitis Acromialis, karena tidak diobati dan gerakan di sendi bahu yang menimbulkan nyeri tidak dilatih, maka lama kelamaan menimbulkan perlengketan.
Frozen shoulder dapat terjadi selain karena gangguan miofisial “rotator cuff”, dapat pula dikarenakan oleh Diabetes Melitus, “disuse” dari sendi bahu yang sering terjadi pada stroke / Hemiparese / Hemiplegia, Immobilisasi (fraktur, dislokasi, operatif). Kebanyakan penderita frozen shoulder adalah wanita yang umur di atas 40 tahun.         


BAB II
ANATOMI FISIOLOGI

Glenohumeral Joint (Shoulder Joint) dibentuk oleh caput humeri yang bersendi dengan cavitas glenoidalisyg dangkal. Glenohumeral joint termasuk sendi ball and socket joint, tetapi merupakan sendi yang paling bebas pada tubuh manusia.
Caput humeri yang berbentuk hampir setengah bola, memiliki area permukaan 3-4 kali lebih beasar dari pada fossa glenoidalis scapula yang dangkal sehingga memungkinkan mobilitas yang tinggi pada shoulder.
Fossa glenoidalis diperkuat oleh sebuah bibir / Labrum Fibrokartilago yang mengelilingi tepi fossa, disebut dengan”Labrum Glenoidalis”. Labrum ini dapat membantu menambah stabilitas glenohumeral joint. Bagian atas kapsul diperkuat oleh ligament coracohumeral dan bagian anterior kapsula yang diperkuat oleh 3 serabut ligament glenuhomeral yang lemah (Ligamen glenohumeral superior, middle dan inferior)
Ada 4 tendon otot yang memperkuat kapsula sendi yaitu subscapularis, supaspinatus, infrapinatus dan teres minor, yang dikenal dengan “rotator cuff” dan juga dibantu oleh kontribusi terhadap gerakan rotasi humerus, dan keempat tendonnya membentuk collageneus cuff di sekitar sendi shoulder (membungkus shoulder pada sisi superior, posterior dan anterior). Ketegangan dari rotator cuff muscle dapat menarik caput humerus ke arah fossa hlenoidalis sehingga memberikan kontribusi yang signifikan terhadap stabilitas sendi.
Glenohumeral joint merupakan sendi yang paling mobile karena menghasilkan gerakan dengan 3 DKG (Fleksi-Ekstensi, Abduksi-Adduksi, Endorotasi-Eksorotasi) dan sirkumdaksi. Pada gerakan fleksi-ekstensi terjadi artrokinematika yaitu spin, gerakan abduksi-adduksi terjadi gerakan arthrokinematika yaitu cauda-cranial slide, gerakan eksorotasi-endorotasi terjadi gerakan arthrokine matikan yaitu ventral-dorsal slide.


BAB III
PATOLOGI TERAPAN
Frozen Shoulder Akibat Tendinitias Supraspinatus
Otot supraspinatus dengan tendonnya sering menjadi korban pekerjaan atau trauma. Karena bekerja terlampau berat dan berkepanjangan dengan lengan yang harus mengangkat (kontraksi isotonik) atau harus mendorong, menyangga (kontraksi isometric) dan sebagainya, maka otot-otot rotator cuff bisa mengalami gangguan dan kerusakan.
Tendinitis supraspinatus ini disebabkan oleh kerusakan akibat gesekan atau penekanan yang berulang-ulang dan berkepanjangan oleh tendon otot biceps dalam melakukan gerakan ekstensi lengan dan ke depan. Tendon otot supraspinatus dan tendon otot biceps bertumpang tindih dalam melewati terowongan yang dibentuk oleh caput humeri yang dibungkus oleh capsul sendi glenohumeral sebagai lantainya, dan ligamentum ccoracoacromialis serta akromiom sebagai atapnya. Adakalanya berkus neurovakuler yang mendampingi tendon otot supraspinatus ikut terjebak,s ehingga terjadi ischemia otot supraspinatus.
Adanya gerakan atau penekanan yang berulang-ulang akan diikuti dengan “proses peradangan akut” proses peradangan akan ditandai dengan nyeri dan oedema pada sendi baku, diikuti spasme otot sekitar shoulder dan fuctional lesa. Jika terjadi proses peradangan fisiologi maka dalam 3 minggu keadaan ini menjadi baik, tetapi jika berubah menjadi proses patologi maka akan terjadi proses peradangan berlanjut yang ditandai dengan adanya; deformity, disability, atropi, oedema dan nyeri yang terjadi pada daerah bahu.
1.      Frozen / Kaku / Keterbatasan Gerakan Glenohumeral Joint
Pada tahap regenerasi (4 hari – 3 minggu) tidak berjalan sebagaimana mestinya, maka nosisensorik tetap meninggi (proses radang terus berlanjut) penderita sulit bergerak karena nyeri bahu, jaringan parut yang dihasilkan tidak maksimal terulur, selain itu akibat proses peradangan kronis suplai makanan berkurang sehingga terjadi atropi atau kematian jaringan pada kapsula sendi. Kapsula menjadi mengerut terjadi perlengketan dan berkurang elastisitasnya. Atropi biasanya terjadi pada hampir seluruh sisi kapsula (dominan anterior dan caudal) yang ditandai dengan gerakan eksorotasi dan abduksi paling sering terbatas.  
2.      Nyeri Bahu / Pain
Proses peradangan yang berlanjut bisa diakibatkan proses regenerasi jaringan tidak terjadi. Nosisensorik tetap peka dengan NAR yang rendah. Keadaan ini menyebabkan setiap pergerakan di bahu menimbulkan nyeri / sakit gerak. Nyeri akan dirasakan pada C3-C4 sehingga otot-otot yang dipersafinya bisa mengalami spasme seperti : M. Deltoid, M. Supra / Infra, M. Teres Minor, yang berakibat menambah frozen shoulder

3.      Atropi otot dan Kelemahan pada M. Deltoid, Supra / Infra
Keadaan kronis pada bahu yang berulang dari 4 hari / 2-3 minggu ke atas menyebabkan otot tidak dapat digunakan secara baik. Akibat nyeri, spasme pada Frozen, otot cenderung tidak digunakan, akibatnya sifat fisiologi otot menurun. Serabut otot (myofibril) mengalami atropi sehingga fleksibilitas dan ekstensibilitas menurun. Atropi secara langsung berdampak pack fungsi motor unit saraf motorik yang bertanggung jawab sehingga kekuatan otot akan menurun.

BAB IV
STATUS KLINIK

A.    Data-Data Medis Rumah Sakit
Diagnosa               :  Frozen shoulder
Catatan klinis        : -
Pemeriksaan Fisioterapi 
  1. Anamnesis
a.       Umum 
Nama                     : Hj.Haslinda
Umur                     :  51 tahun
Jenis kelamin         : Perempuan
Agama                   :  Islam
Pekerjaan               :  Ibu rumah tangga
Alamat                  :  BTN Minasa Upa Blok M2 no 2
b.      Khusus 
Keluhan utama     :    Kaku dan nyeri
Lokasi keluhan     :    bahu bagian kanan
Sifat keluhan        :    Terlokalisir
Kapan terjadi        :    6 bulan yang lalu
RPP                      :  awalnya muncul rasa sakit secara tiba-tiba kemudian Pasien jarang menggerakkan bahunya utamanya  yang sebelah kanan sehingga terjadi perlengketan dan nyeri tekan.
  1. Inspeksi
a.       Statik
-          Bahu dalam keadaan asimetris (bahu kanan lebih rendah daripada bahu kiri)
b.      Dinamis
Pasien sulit memasang dan membuka BRA
Palpasi :
- nyeri tekan pada M.Deltoideus pars anterior
- tidak ada oedem
- suhu pada shoulder normal

  1. Pemeriksaan Fungsi
a.       Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar
1.      aktif
Fleksi               :  Nyeri
Ekstensi           :  Nyeri.
Endorotasi       :  Tidak nyeri
Exorotasi         :  Nyeri.
Abduksi          :  Nyeri
Adduksi          :  Tidak nyeri
 2.  Pasif
Fleksi               :  Nyeri
Ekstensi           : Tidak  nyeri
Endorotasi       :  Tidak nyeri
Exorotasi         :  Nyeri
Abduksi          :  Nyeri
Adduksi          : Tidak nyeri       
3. TIMT
Fleksi               :  Nyeri
Ekstensi           :  Nyeri
Endorotasi       : Tidak nyeri
Exorotasi         :  Nyeri
Abduksi          :  Nyeri
Adduksi          :  Nyeri  
  1. Pemeriksaan Spesifik
a.       Yergason Test
Tujuan       : untuk mengetahui adanya tendinitis bisipitalis
Teknik       : Pasien memfleksikan elbow sampai 90° dan supinasi lengan bawah, lalu pasien melakukan gerakan lateral rotasi  lengan melawan tahanan.
Hasil          : Nyeri +

b.      Apley Scratch Test
Tujuan       : untuk mengetahui adanya kapsulitis adesive dan tendinitis bisipitalis pada bahu.
Teknik       : Pasien diminta menggaruk di daerah sekitar angulus medialis scapula dengan tangan sisi kontralateral melewati belakang kepala.
Hasil          : Nyeri +
c.       Pemeriksaan VAS
Hasil          : 7
d.      ADL Test
a.       Menyisir rambut
Hasil : Tidak nyeri
b.      Memasang tali BRA
Hasil : Nyeri
c.       Mengambil dompet di kantong belakang
Hasil : Tidak nyeri
            d. ROM test
            Fleksi               110° - 125°-135°
            Ekstensi           45°
            Adduksi          45°
            Abduksi          70-°90°-115°
           

e.       Pengukuran Nyeri
VAS
___________________________________
0                               5           7                   10 
Hasilnya : 7
     
B.     Diagnosa
Gangguan aktivitas fungsional dextra akibat nyeri dan keterbatasan gerak sendi pada kondisi Frozen shoulder .

C.    Problematik Fisioterapi
  1. Nyeri pada sendi bahu saat lengan kanan digerakkan  
  2. Spasme otot deltoideus pars anterior
  3. Keterbatasan gerak sendi akibat nyeri dan kekakuan
  
D.    Peranan Fisioterapi
  1. Tujuan
a.       Jangka Panjang
Mengembalikan dan memaksimalkan kapasitas fisik dan kemampuan fungsional penderita
b.      Jangka Pendek
-mengurangi nyeri
-menambah ROM
-memperbaiki ADL
E.     Intervensi Fisioterapi
-          US
Teknik : Posisi pasien tidur bed, kemudian tranduser diberi baby oil dan tranduser digosokkan pada daerah bahu pasien dengan teknik transversal maupun longitudinal.
Dosis     :
F     : 3 x seminggu
I      : 1 MHz
T     : Kontak langsung
T     : 10 menit
·         Traksi-Translasi
Teknik   : Pasien tidur dalam posisi comfortable, pasien rilex sepenuhnya kemudian Ftis menarik shoulder tepatnya caput humeri ke arah latero ventro cranial.

·         Strengthening
Teknik   : Pasien tidur terlentang dalam posisi comfortable dan diberi penguatan otot-otot bahu.
   F  : 3 x seminggu
I      : Toleransi pasien
T     : Aktif asisted
T     : 8x hitungan dengan 3x repetisi

Senin, 27 Februari 2012

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PENDERITA ISCHIALGIA


BAB I
ANATOMI FISIOLOGI

      Saraf spinalis L4-S3 pada fossa poplitea membelah dirinya menjadi saraf perifer yakni N. tibialis dan N. poreneus. N ischiadicus keluar dari foramen ischiadicus mayor tuberositas anterior 1/3 bawah dan tengah dari SIPS kebagian dari tuberositas ischii.
       Tengah 2 antara tuberositas ischii dan trochanter yaitu pada saat n. ischiadicus keluar dari gluteus maximus berjalan melalui collum femoris. Sepanjang paha bagian belakang sampai fossa poplitea.
     Cakupan dari regio pinggang sebagai berikut :
·                     Thoraco lumbal ( Th 12-L1 )
·                     Lumbal ( Pinggang Atas )
·                     Lumbal sacral ( Pinggang bawah )
·                     Sacroiliaca Joint ( tulang pantat )
·                     Hip Joint ( Sendi Bongkol Paha )
Adapun komponen – komponen dari regio pinggang adalah kulit, otot, ruas, tulang sendi, bantalan sendi, facet joint. Dan apabila semuanya ini mengalami gangguan  maka sangat berpotensi untuk terkena NPB yang bisa berlanjut menjadi ishialgia.
           Perjalanan Nervus Ischidicus di mulai dari L4-S3, dan saraf ini memiliki percabangan antara lain:
·                     N. lateral poplital yang terdapat pada caput fibula
·                     N. Medial popliteal yang terdapat pada fossa polpliteal
·                     N. Tibialis Posterior yang terdapat pada sebelah bawah
·                     N. Suralis/Saphenus yang terdapat pada tendon ascilles
·                     N. Plantaris Yang berada pada telapak kaki
Tulang belakang merupakan bangunan yang kompleks yang dapat dibagi menjadi 2 bagian. Dibagian ventral terdiri dari korpus vertebra yang dibatasi satu dengan lainnya oleh diskus intervertebra dan ditahan satu dengan lainnya oleh ligamentum longitudinal ventral dan dorsal. Bagian dorsal tidak begitu kuat dan terdiri atas arkus vertebra dengan lamina dan pedikel yang diikat satu dengan lainnya oleh berbagai ligamen diantaranya ligamen interspinal, ligamen intertranversa dan ligamen flavum. Pada procesus spinosus dan tranversus melekat otot-otot yang turut menunjang dan melindungi kolum vertebra. Seluruh bangunan kolum vertebra mendapat inervasi dari cabang-cabang saraf spinal yang sebagian besar keluar dari ruangan kanalis vertebra melalui foramen intervertebra dan sebagian dari ramus meningeal yang menginervasi duramater. Diskus intervertebra dan nukleus pulposus tidak mempunyai inervasi sensibel biarpun berbatasan langsung dengan ligamen longitudinal yang mengandung serabut sensibel.
Bagian lumbal merupakan bagian tulang punggung yang mempunyai kebebasan gerak yang terbesar. Tarikan tekanan dan torsi yang dialami pada gerakan-gerakan antara bagian toraks dan panggul menyebabkan daerah ini dapat mengalami cedera lebih besar daripada daerah lain, biarpun tulang-tulang vertebra dan ligamen di daerah pinggang relatif lebih kokoh. Perbedaan hentakan antara tulang dengan jaringan dalam peranan mereka sebagai sendi pendukung akan menyebabkan penyakit yang karakteristik unik pada daerah yang bersangkutan. Sebagian besar lesi pada diskus lumbal adalah mengenai jaringan lunak dan sering sekali menghasilkan protrusi inti (nucleus) yang kemudian menekan akar saraf.
             N. Ischiadicus mempersarafi:
·                     M. Semitendinosus
·                     M. Semimbranosus
·                     M. Biceps Femoris
·                     M. Adduktor Magnus
          N. Poroneus Mempersarafi
·                     M. tibialis anterior
·                     M. ekstensor digitorum longus
·                     M. ekstensor halluci longus
·                     M. digitorum brevis
·                     M. poroneus tertius
       N. Tibialis Mempersarafi
·                     M. gastrocnemius
·                     M. popliteus
·                     M. soleus
·                     M. plantaris
·                     M. tibialis posterior
·                     M. fleksor digitorum longus
·                     M. fleksor hallucis longus
 
BAB II
PATOLOGI

          Ischialgia merupakan nyeri menjalar sepanjang perjalanan n.ichiadicus L4-S2. Ischialgia yang terasa bertolak dari lokasi foramen infrapiriformis dan menjalar menurut perjalanan nervus ischiadicus cum nervus poroneus dan nervus tibialis harus di curigaisebagai manifestasiischiadicus primer atau entrapment neuritis dengan tempat jebakan di daerah sacroiliaka.
          Ischialgia yang dirasakan bertolah dari vertebra lumbosacralis atau daerah paravertebralis lumbosacralis dan menjalar sesuai dengan salah satu radiks yang ikut menyusun nervus ischiadicus.Sebelum terjadi ischialgia selalu di dahului dengan Low Back pain atau Nyeri Pinggang Bawah itu sendiri seperti perasaan nyeri, pegal, linu atau terasa tidak enak di daerah pinggang,  pantat yang factor pencetusnya oleh berbagai sebab, mulai dari yang paling jelas seperti salah posisi, kuman sampai penyebab yang tidak jelas seperti menyongsong hari esok akibat persaingan hidup semakin ketat atau stress. NPB dapat di klasifikasikan menjadi Traumatik maupun Non traumatic dengan atau tanpa kelainan neurologis primer atau sekunder, dengan atau tanpa kelainan neurologis akut ataupun kronik.

Nyeri atau rasa tidak enak yang menjalar harus diartikan sebagai perwujudan hasil perangsangan terhadap saraf sensori. Nyeri saraf itu terasa sepanjang perjalanan saraf tepi. Ia bertolak dari tempat saraf sensorik terangsang dan menjalar berdasarkan perjalanan serabut sensorik itu ke perifer. Perangsangan terhadap berkas saraf perifer biasanya berarti perangsangan pada  saraf motorik dan sensorik.Gangguan sensibilitas yang terasa sepanjang parjalanan saraf tepi dan biasanya juga disertai gangguan motorik yang di sebut Neuritis. Neuritis di tungkai dapat terjadi oleh karena berkas saraf tertentu terkena infeksi atau terkena patologic di sekitarnya.

Adapun penyebab-penyebab dari ischialgia adalah:
1.      Entrapment Radiculitis/ Radiculitis
2.      Entrapment Neuritis :
a)      Neuritis primer
b)      Terjebak disekitar bursa m. Piriformis
3.      Entrapment Neuritis  yang terjebak di sekitar:
a)      Tuber Ischi
b)       Artikulatio koksae.
c)      Spondylosis
Diawali dengan proses degeneratif  yang ditandai dengan menurunnya sistem metabolik atau sirkulasi darah atau adanya faktor traumatik yang berulang-ulang . Akibatnya terjadi kerusakan (disorders) pada discus intervertebralis. Elastisitasnya menurun diikuti berkurangnya cairan sendi dan penurunan sistem difusi di Cartilago akan mengalami kerusakan yang pada akhirnya akan berkurang. Inter space antar diskus semakin kecil yang berakibat mikro trauma pada kedua fascies corpus vertebra . keadaan akan diikuti proliferasi jaringan tulang baru yang akan berubah menjadi proses osifikasi dan calsifikasi tulang yang pada akhirnya membentuk osteofit. 

            Dalam analisa klinis LBP yang berlanjut menjadi Ischialgia jika timbul secara tiba- tiba ini akan di kaitkan dengan Neoplasma. Tapi apabila mempunyai hubungan dengan trauma, maka secara simplisik data itu di asosiasikan dengan HNP ( Herpetik Nucleus Pulposus ). HNP merupakan jebolnya nukleus pulposus ke korpus vertebrae di atas atau di bawahnya, dan bisa juga langsung jebol dari nukleus pulposus ke dalam korpus vertebrae. Robekan circumferentia dan radial pada anulus fibrosis discus intervertebralis yang kemudian di susul oleh nyeri sepanjang tungkai yang dikenal sebagai iscialgia. Secara etiologi Ischialgia dapat di bagi menjadi 3 perwujudan  yaitu :

A.    Ischialgia sebagai perwujudan neuritis ischiadicus primer
            Gejala utama dari neuritis ischiadicus primer adalah nyeri yang dirasakan bertolak dari daerah antara sacrum dan sendi pangul, tepatnya pada foramen infrapiriformis atau incisura iscidika.dan menjalar sepanjang perjalanan nervus isciadica dan lanjutanya pada nervus poreneus dan tibialis. Selain itu, terjadi pada insicura isciadica dan sepanjang spasium poplitea pada tahap akut. Juga tendon ascilles dan tibialis posterior.

B.     Ischialgia sebagai perwujudan entrapment radiculatis
            Pada ischialgia ini N. Isciadicus terkena proses radang. Dan pada radiks Dorsalis L3,L4, L5,S1 mengalami gangguan karena terjebak  akibat jebakan itu, yang dapat bersifat menindih, meregang.

C.     Ischialgia sebagai perwujudan entrapment neuritis
            Walaupun pleksus lumbosacralis belum dianggap sebagai nervus, tapi iscialgia akibat jebakan lumbosacralis yang membentuk nervus ischiadicus. Ini sama saja halnya dengan ischialgia akibat jebakan m. Piriformis yang dikenal sebagai Sindroma Piriformis. Ini lebih sering mengenai wanita daripada pria.
           
 Nyeri yang dirasakan penderita secara tiba-tiba seperti rasa terbakar atau bersifat tajam dan sakit pada malam hari. Sehingga penderita tidak dapat tidur. Nyeri bertambah apabila saraf tersebut mengalami penekanan saraf.
Penyebaran rasa sakitnya dimulai dari daerah lumbal, hip joint kemudian menyebar kearah bawah. Cara berjalan penderita dengan ujung jari kaki plantar flexi ankle, hip dan knee dalam keadaan flexi juga sehingga nampak penderita jalan dalam keadaan   pincang. Pasien tidak bisa berdiri lama sehingga terjadi kelainan sikap berdiri pada penderita (pelvic tilting) yang mengakibatkan terjadinya kompensasi lumbal.

              
BAB III
STATUS KLINIK

A.    Laporan Status Klinik
Tanggal                             : 09 November  2010
Kondisi                             : FT. C

B.     Keterangan Umum Penderita
Nama                                 : Tn.H.Muh.Harum
Umur                                 : 65 thn
Pekerjaan                           : Pensiunan
Jenis kelamin                     : Laki-laki
Agama                               : Islam  
Alamat                              : Jalan Rappocini Raya,lorong 11B no 2

C.    Data-data Medis
1.      Diagnosa Medis          : Ishialgia
2.      Terapi umum               : Medika Mentosa
D.    Segi Fisioterapi
Tanggal 09 november 2010
1.       Anamnesis (Auto)
a.        Keluhan utama        : Nyeri pinggang
b.       Lokasi keluhan        : Pinggang bawah hingga ke tungkai kanan
c.        Sifat keluhan           : Menjalar ke jari-jari kaki
d.       Lama keluhan          : 5 bulan yang lalu
e.       Yang Memperberat  : Pada saat tidur miring ke kiri dan duduk
f.       Yang Memperingan : Pada saat beristirahat (tidur miring ke kanan)
         g. RPP                              : 5 bulan yang lalu pasien merasakan nyeri di pinggang sampai tungkai bawah dan osi tidak tahu penyebab utamanya.
         h.  Anamnesis sistem
1)      Kepala dan leher   : tidak ada gangguan
2)      Kardiovaskular      : tidak ada gangguan





3)      Respirasi                : tidak ada gangguan
4)      Musculoskeletal    : spasme otot  piriformis dan gastrocnemius.
         i. Pemeriksaan
     Tanda-Tanda Vital
a)      Tekanan darah          : 110/80 mmHg
b)      Denyut nadi             : 88 x /menit
c)      Pernapasan               : 24 x /menit
d)     Temperatur               : 36 ° C
e)      Tinggi Badan           : 168 Cm
f)       Berat Badan             : 73 Kg
2.      Inspeksi
a)      Statis
1.      Pasien tidak dapat duduk  dan selalu mengangkat bokong yang sakit
2.      Pasien tidak dapat berjalan dalam waktu yang lama

b)      Dinamis
1.      Pasien nampak kesakitan ketika dilakukan gerakan pada pinggangnya
2.      Pada saat berjalan pasien lebih menumpu ke kaki yang sehat/ pincang.





3.      Tes orientasi/ Quick test
·   Aktifitas jongkok –berdiri (squad and bounching) menimbulkan nyeri pada knee.
4.      Pemeriksaan fungsi dasar
Regio Lumbal
Nama gerakan
Aktif
Pasif
TIMT
Fleksi
Nyeri, ROM dalam batas normal
Nyeri, elastis end feel, ROM normal
Nyeri, kualitas saraf baik
Ekstensi
Tidak Nyeri, ROM dalam batas normal
Tidak Nyeri, elastic  end feel,  ROM normal
Tidak Nyeri, kualitas saraf baik
Rotasi sinister
Tidak nyeri, ROM dalam batas normal
Tidak nyeri, elastis end feel, ROM normal
Tidak Nyeri, kualitas saraf baik
Rotasi dextra
Tidak nyeri, ROM dalam batas normal
Tidak nyeri, elasti end feel, ROM normal
Tidak Nyeri, kualitas saraf baik
L.fleksi sinistra
Tidak Nyeri, ROM dalam batas normal
Tidak Nyeri, elastis end feel, ROM normal
Tidak nyeri, kualitas saraf baik
L. fleksi dextra
Tidak nyeri, ROM dalam batas normal
Tidak nyeri, end elastic end feel, ROM normal
Tidak nyeri, kualitas saraf baik




Regio HIP joint
Nama gerakan
Aktif
Pasif
TIMT
Fleksi
Tidak Nyeri, ROM terbatas
Nyeri, elasitis end feel, ROM terbatas
Tidak Nyeri, kualitas saraf baik
Ekstensi
 Tidak Nyeri, ROM terbatas
Tidak nyeri,  elastis end feel, ROM terbatas
 Tidak Nyeri, kualitas saraf baik
Abduksi
Tidak nyeri, ROM dalalm batas normal
Tidak nyeri,  elastis end feel, ROM normal
 Tidak nyeri, kualitas saraf baik
Adduksi
Tidak nyeri, ROM dalam batas normal
Tidak nyeri,  elastis end feel, ROM normal
Tidak nyeri, kualitas saraf baik
Internal rotasi
Tidak Nyeri, ROM dalam batas normal
Tidak nyeri,  elastis end feel, ROM normal
Tidak nyeri, kualitas saraf baik
External rotasi
Tidak nyeri, ROM dalam batas normal
Tidak nyeri,  elastis end feel, ROM normal
Nyeri, kualitas saraf baik
              
5.      Pemeriksaan Spesifik

  1. Skala VAS
 

            0                                         6,5                 10
Interpretasi : Jasil dari pengukuran nilai ambang nyeri adalah 6.5 yang berarti sedang.

b.      Tes SLR + Bragard
Hasilnya       : nyeri
Interpretasi   : ada gangguan pada tendon aschilles dan tibialis anterior peroneus longus dan penyempitan n. Ischiadicus.
  1. Tes Patrick
Hasilnya       : tidak ada nyeri
Interpretasi   : tidak ada gangguan pada lig. sacroilliaca anterior
d.   Tes Antipatrik
Hasilnya       : tidak nyeri
Interpretasi   : tidak ada gangguan pada lig. sacroilliaca posterior
e.    Tes Kontraktur
Hasil           : Nyeri pada m. piriformis sinistra, rectus femoris,   hamstring
Interpretasi : Adanya pemendekan pada hamstring.
f.    Palpasi
Hasil                : nyeri tekan pada m. piriformis dan spasme gastrok.
Interpretasi      : ada spasme m. Piriformis dan gastrok

g.       Connective Tissue
    Interpretasi: Adanya spasme pada otot erektor spine.


E.     Diagnosis Fisioterapi
Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Gangguan Fungsional Pinggang Bawah dan Tungkai Sinistra akibat Ischialgia
  F. Problematik Fisioterapi
  • Adanya nyeri menjalar sampai ketungkai
  • Kontraktur pada m. hamstring
  • Spasme otot Piriformis,  erector spine, gastrok
  • Terjepitnya nervus ischiadicus
 G. Perencanaan Fisioterapi
1.        Tujuan
a.       Jangka Panjang
Mengembalikan kapasitas fisik dan kemampuan fungsional berjalan pasien.
b.      Jangka Pendek
1)      Mengurangi nyeri
2)      Mengurangi spasme m.piriformis dan gastrok
3)      Mengurangi kontraktur pada m. Hamstring
4)      Melepaskan penjepitan nervus ishiadicus
2.          Tindakan
a.       Metodogi Fisioterapi
a)      MWD
b)      Exercise terapi
3.         Edukasi
·         Untuk tidak mengangkat barang dalam keadaan berdiri
·         Dianjurkan pasien memakai korset
·         Dalam keadaan berdiri disarankan agar satu kaki pasien di sanggah dengan bangku.
·         Pasien tidur miring sebelum, bangun

H.  Interfensi Fisioterapi
1. MWD
            Ini sebagai pre eliminery exercise posisi pasien tengkurap,jarak antaraa tranduser dengan permukaan tubuh pasien 3 cm.
Tujuan : alat ini selain untuk sirkulasi darah, cocok untuk menurunkan nyeri.

Dosis : Tiap Hari Frekuensi alat 80 MHZ teknik Coplanar dengan intermitten dengan waktu 10 menit

2   Friction
      Ini untuk melemaskan otot yang spasme. Pasien Tengkurap kemudian Fisioterapis menekan otot piriformis/otot yang spasme, menggunakan ibu jari atau bagian-baian tubuh yang runcing.
Dosis: Tiap Hari dengan waktu 5x pengulangan

3.      Streching
            Ini untuk melemaskan otot yang mengalami spasme. Pasien terlentang dengan posisi knee di tekuk kemudian fisioterapis membawa lututnya kesamping badan kiri dan kanan sampai terasa terulur. Untuk mengulur otot Qua dratus lumborum.
Dosis: Tiap hari dengan 8x hitungan dan 6x pengulangan

4.      Strengtening
            Ini di lakukan untuk penguatan otot abductor dan adductor. Posisi sama diatas tetapi diberikan tahanan di lateral knee kearah dalam dan kearah keluar.
Dosis: Tiap hari dengan 8x hitungan dan 6x pengulangan