Minggu, 19 Desember 2010

penatalaksanaan Fisioterapi pada Fraktur Patella


BAB I
PENDAHULUAN

1.       Latar Belakang
Perkembangan Ilmu teknologi dan ilmu pengetahuan pada era modern seperti saat ini sangatlah maju. Tetapi sangat disayangkan perkembangan tersebut khususnya dalam bidang ilmu kesehatan tidak tersosialisasi secara merata di kalangan msyarakat terkhusus pada masyarakat di pedesaan. Hal ini serta merta dapat menyebabkan angka kesakitan semakin meningkat setiap tahunnya.
Salah satu keadaan yang paling sering dialami oleh masyarakt terkait dengan kondisi kesehatan yakni seperti kondisi-kondisi trauma akibat kecelakaan. Biasanya tidak langsung dibawa ke rumah sakit melainkan dukun merupakan alternative pertamanya dalam mengatasi masalah tersebut. Tentunya hal demikian membawa dampak/berpengaruh dalam proses penyembuhannya. Salah satu dampak yang dialami adalah fraktur atau perpatahan pada tulang.
Dalam kondisi tersebut diatas, akan menyebabkan berbagai macam permasalahan. Untuk itu, peran fisioterapi dalam kasus ini sangatlah dibutuhkan, dimulai dari fase akut sampai pada fase pemulihan. Peran fisioterapi dalam hal ini berfungsi untuk menjaga, memelihara, memulihkan dan mengembalikan kapasitas fisik dan kemampuan fungsionl pasien sepanjang daur kehidupan.

2.       Identifikasi masalah
Pada kondisi post op fraktur Patella, terdapat problem-problem fisioterapi yang dapat timbul diantaranya :
a.       Adanya nyeri
b.      Kekakuan sendi
c.       Gangguan ADL
d.      Keterbatasan gerak
e.      Terdapat pembengkakan
f.        Kelemahan otot.
g.       Kelainan Bentuk Patella


3.       Perumusan masalah
Berdasarkan uraian masalah di atas, maka perumusan masalahnya adalah “Gangguan Aktivitas fungsional  Akibat post op fraktur Patella sinistra”.

4.       Tujuan Penulisan
a)      Tujuan umum
Mengetahui proses penatalaksanaan fisioterapi pada gangguan aktifitas fungsional lutut akibat Post Op Fraktur Patella Sinistra.
b)      Tujuan khusus
1.       Untuk mengetahui cara assestment pada pasien fraktur
2.       Untuk mengetahui problem, diagnosa, dan prognosa fisioterapi pada pasien fraktur
3.       Untuk menentukan planning atau rencana apa yang akan dilakukan pada pasien fraktur
4.       Untuk mengetahui intervensi tepat yang akan dilakukan pada pasien fraktur




                                                                                                                                                                                  







BAB II
KERANGKA TEORI
A.      Anatomi Fisiologi Patella










Tulang Patella adalah tulang berbentuk segitiga dan tebal yang akan bersendi dengan tulang paha (femur). Fungsinya adalah membungkus dan melindungi sendi lutut.Patella termasuk ke dalam tulang sesamoid yang berkembang dari tendon otot quadriceps femoris. Pada Patella Melekat Ligamen patellaris, ligamen yang kuat, menghubungkan tepi inferior patella dengan tuberositas tibia. Ligamen ini berjalan didepan patella dan bersambung dengan serabut tendon quadriceps femoris.







1.       Gerakan Fisiologis Patella
Patella sangat berpengaruh pada sendi PatellaFemoral .Pada patellofemoral joint, patella hanya slide disepanjang sulcus intercondylaris selama gerakan fleksi – ekstensi knee.Pada saat ekstensi knee, maka patella akan slide kearah cranial.
Pada saat fleksi knee, maka patella akan slide kearah caudal.Jika gerakan patella terganggu/terbatas, maka dapat mempengaruhi ROM fleksi knee dan memberikan kontribusi terhadap laju ekstensor pada aktif ekstensi knee
2.       Alignment patella dikenal dengan “Q angle”.
Q angle adalah sudut yang dibentuk oleh 2 garis yang saling memotong; garis pertama dari SIAS ke mid-patella, garis kedua dari tuberculum tibia ke mid-patella (normalnya 15o).Q angle menggambarkan jalur lateral atau efek haluan busur (bowstring) terhadap otot quadriceps dan tendon patellaris.






§  Gaya/kekuatan yang mempertahankan align-ment patella adalah :
        Lateral fiksasi patella dihasilkan oleh iliotibial band dan retinaculum lateral.
        Pada sisi medial patella diperkuat oleh tarikan aktif dari otot vastus medialis yang obliq.
        Ligament patellaris memfiksasi patella kearah in-ferior melawan tarikan aktif otot quadriceps ke-arah superior







§  Malalignment patella dan problem jalur pa-tella disebabkan oleh :
        Peningkatan Q angle; akibat genu valgus, pronasi kaki, pelvis yang lebar, peningkatan anteversi femur, atau external torsion tibia.


BAB III
PATOLOGI
a)      Definisi
Fraktur patella adalah diskontinuitas patella karena trauma
b)      Ruang lingkup
Fraktur tertutup, fraktur terbuka, undisplaced dan displaced
c)       Indikasi Operasi
Semua keadaan dengan posisi displaced tertutup maupun terbuka
d)      Kontra indikasi Operasi
Keadaan umum penderita jelek
e)      Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium rutin dan foto polos lutut
Patofisiologi fraktur Patela
f)       Mekanisme fraktur
1.       Trauma langsung/Direct
a.       Disebabkan karena penderita jatuh dalam posisi lutut flexi dimana patella terbentur dengan lantai atau Kecelakaan Lalu lintas
b.       Karena diatas patella hanya terdapat subcutis dan kutis, sehingga dengan benturan tersebut tulang patella mudah patah
c.        Biasanya jenis patahnya comminutiva (stelata), pada jenis patah ini biasanya medial dan lateral quadrisep expansion tidak ikut robek, hal ini menyebabkan penderita masih dapat melakukan extensi lutut melawan gravitasi
2.       Trauma tak langsung/Indirect
a.       Karena tarikan yang sangat kuat dan otot quadrisep yang membentuk musculotendineus melekat pada patella, sering terjadi pada penderita yang jatuh dengan tungkai bawah menyentuh tanah terlebih dahulu dan otot quadrisep kontraksi secara keras untuk mempertahanakan kestabilan lutut.
b.       Biasanya garis patahnya transversal avulse ujung atas atau ujung bawah dan patella
g)      Klasifikasi fraktur Patela berdasarkan patologinya
1.       Trauma langsung/Direct
·         Fraktur comminutiva
2.        Trauma tak langsung/Indirect
·         Garis fraktur transversal
·         Fraktur avulsi patela transversal, yang fragmen proksimalnya tertarik menjauhi fragmen lain. Kelainan ini termasuk cedera alat ekstensi lutut

h)      Pemeriksaan Klinik Radiologis Fraktur Patela
·         Anamnesa
o   Ditemukan adanya riwayat trauma
o   Penderita tak dapat melakukan extensi lutut, biasanya terjadi  pada trauma indirect dimana patahnya transversal dan quadrisep mekanisme robek
o   Pada trauma direct dimana patahnya comminutiva medial dan lateral, quadrisep expansion masih utuh sehingga penderita masih dapat melakukan extensi lutut
·         Pemeriksaan Klinik
o   Pada lutut ditemukan pembengkakan disebabkan hemarthrosis
o   Pada perabaan ditemukan patela mengambang (floating patella)
·         Pemeriksaan Radiologis
o   Dengan proyeksi AP dan lateral sudah cukup untuk melihat adanya fraktur patela
o   Proyeksi sky-line view kadang-kadang untuk memeriksa adanya fraktur patela incomplete







i)        Penangangan Fraktur Patella
·         Metode fiksasi luar dan dalam pada fraktur Patela
o   Pengobatan fraktur patela biasanya dengan reduksi terbuka dan fiksasi interna pada patella. Fiksasi interna yang paling efektif ialah dengan benang kawat melingkari patela dikombinasi dengan kawat berbentuk angka delapan.
o   Pengobatan fraktur patela comminutiva yang terdapat haemorthrosis, dilakukan aspirasi haemorthrosis, diikuti pemakaian kawat.
·         Non operatif
o   Untuk fraktur patela yang undisplaced dilakukan imobilisasi dengan pemasangan gips dan pangkal paha sampai pergelangan kaki. Posisi lutut dalam fleksi sedikit (5-10) dipertahankan 6 minggu.
·         Operatif
o   Pada fraktur transversal dilakukan reposisi, difiksasi dengan teknik tension band wiring
o   Bila jenis fraktur comminutiva dilakukan rekronstruksi fragmennya dengan K-wire, baru dilakukan tension band wiring
o   Bila fragmen terlalu kecil sehingga tidak mungkin untuk dilakukan rekronstruksi, dilakukan patellectomi (hal ini menimbulkan kelemahan quadrisep expansion)

j)        Komplikasi
·         Adanya nyeri
·         Kekakuan sendi
·         Gangguan ADL
·         Keterbatasan gerak
·         Kelemahan otot.
·         Kelainan Bentuk Patella







BAB IV
STATUS KLINIK
A.      Data-data Medis RS
1)      Diagnosa Medis                                : Post Op  Fraktur Patella
2)                                                                              Catatan Klinik     : Pasien Telah Mejalani Operasi dengan pemasangan  Internal Fiksasi
3)      Terapi Umum                    : -
4)      Rujukan                               : ??????????

B.      Penatalaksanaan Fisioterapi ( Pada tanggal 12 Oktober 2010)
1.       PEMERIKSAAN ( Pada tanggal 12 Oktober 2010)
a.       Anamnesis
o   Umum
Nama                            : ??????????
Umur                            : 22 tahun
Jenis Kelamin             : Laki-laki
Agama                          : Islam
Pekerjaan                   : Mahasiswa
Alamat                          : ???????              
o   Khusus
Keluhan utama         : Keterbatasan Lingkup Gerak Sendi dan Kelemahan otot
Lokasi keluhan          : Tungkai Bagian Kiri
Lama keluhan            : +1 Bulan yang lalu
Penyebab keluhan  : Post Op Fraktur Patella
RPP                               : kurang lebih 2 bulan yang lalu pasien kecelakaan yang menyebabkan Fraktur Patella sinistra.Pasien Kemudian ditangani oleh dokter Orthopedi untuk mereposisi bagian tulang yang mengalami perpatahan dengan operasi. Setelah itu pasien dirujuk ke Fisioterapis.
b.      Pemeriksaan Fisik
·         Vital sign
-          Tekanan darah                                  : 120/70 mmHG
-          Denyut nadi                                        : 85 kali/menit
-          Pernapasan                                        : 18 kali/permenit
-          Temperature                                     : 360 derajat celcius
-          Tinggi badan                                       : 169 cm
-          Berat badan                                        : 53 kg
·      Inspeksi
STATIS
DINAMIS
-             Deformity/kelainan bentuk
-             Terdapat atropi otot Quadriceps dan Hamstring
-          Gangguan fungsi gerak tungkai kiri
-          Otot-otot tungkai sebelah kiri lemah.
-         Masuk dalam ruangan masih dengan Pincang


·      Palpasi
-         Temperatur yang tinggi disekitar Patella
-           Nyeri tekan di sekitar Patella
·         Pemeriksaan Fungsi Dasar
                    -    Aktif                                                                                             -  TIMT    Fleksi
-          Fleksi                                                                             *  Nyeri              : Sangat Nyeri
o   LGS    : Terbatas                         *  Kekuatan
o   Nyeri : Tidak Nyeri                                                   Otot       : Lemah
-          Ekstensi                                                                     - TIMT     Ekstensi
o   LGS              : Terbatas                             *  Nyeri              : Sangat Nyeri
o   Nyeri           : Tidak Nyeri                          *  Kekuatan
                                                                                      Otot       : Lemah
      -   Pasif
              Fleksi
o   LGS                              : Terbatas
o   Nyeri                           : Sangat Nyeri
o   End Feel     : Soft End Feel
              Ekstensi
o   LGS                              : Terbatas
o   Nyeri                           : Sangat Nyeri
o   End Feel     : Hard End Feel

·         Pemeriksaan Spesifik
Ø  ROM test
GERAKAN
SENDI KNEE
KETERANGAN
Kanan
Kiri
Fleksi – ekstensi
(Aktif)




Fleksi – ekstensi
(Pasif)
S. 80 00 1450





S. 100 00 1550
S. 20 00 1200





S. 30 00 1300
Ada keterbatasan pada bagian kanan ke arah fleksi penuh -250 dan ekstensi penuh 60

Ada keterbatasan pada bagian kanan ke arah fleksi penuh -250 dan ekstensi penuh 70

·         MMT test
GROUP OTOT KNEE
KANAN
KIRI
Fleksor
5
3 -
Ekstensor
5
3

Ø  VAS (Visual Analog Scale)
-          Nyeri diam                         : 0 = Tidak  nyeri
                   0
-          Nyeri tekan                       : 6 = nyeri sedang

                               0                                                                                            6
-        Nyeri gerak + Tahanan    : 9 = nyeri berat
   0                                                                                                                                                  9

2.       DIAGNOSA FISIOTERAPI

“ Gangguan Aktivitas Fungsional  Akibat post-op Fraktur Patella Sinistra”

3.       PROBLEMATIK FISIOTERAPI
a.       Nyeri gerak Ditambah Tahanan
b.      Keterbatasan ROM
c.       Kelemahan otot
d.      Gangguan ADL

4.       TUJUAN FISIOTERAPI
-          Jangka pendek
a.       Menhilangkan Nyeri gerak
b.      Meningkatkan Keterbatasan ROM
c.       Meningkatkan Kelemahan otot
d.      Meningkatkan fungsi ADL
-            Jangka panjang
Meningkatkan kemampuan fungsional pasien.

5.       PELAKSANAAN FISIOTERAPI
No
Problematik FT
Modalitas Terpilih
Tujuan
Dosis
1
Nyeri gerak + Tahanan

Ultra Sound
Mengurangi nyeri
Tiap hari, Tranducer 5 cm, Continus , 5 mnt
2
Keterbatasan ROM

Hold Relax
Kontras Relax
Mobilisasi Patella
Meningkatkan ROM
1 x setiap hari, Tahanan sedang , 10 X REPETISI
3
Kelemahan otot

Strengthening
Meningkatkan kekuatan otot
1 x setiap hari, toleransi pasien, kontak langsung, 10 X REPETISI


6.       EVALUASI
a.       Sesaat  
Setelah melakukan terapi, pasien Nampak puas dengan perubahan fisik yang ada meskipun itu hanya sedikit bagi kita namun hal itu merupakan perubahan besar bagi diri pasien.
b.      Berkala
Setelah beberapa kali ditangani pasien sangat membaik ditandai dengan perubahan-perubahan seperti pada table di bawah ini :
No
Problematik FT
Pertama diperiksa
Terakhir ditangani
Kesimpulan
1
Nyeri gerak + Tahanan

9 (sangat nyeri)
6 (Nyeri Sedang)
Nyeri berkurang
2
LGS terbatas

Aktif  S. 20- 00-1200
Pasif S. 30 -00 -1300
Aktif S.4o- 0o - 142o Pasif S.7o- 0o – 149o
LGS Bertambah
3
Kelemahan otot

Quadriceps : 3 –
Hamstring   : 3
Quadriceps : 3
Hamstring   : 3 +
Kekuatan otot meningkat
4
Atropi Otot

Circumferentia = 30 cm

Circumferentia =33 cm
Circumferentia bertambah

7.       FOLLOW UP
No
Hari / Tanggal
Problematik
Intervensi
Evaluasi
1
Selasa / 12 Oktober 2010
- Nyeri Gerak + Tahanan
- Keterbatasan LGS
- Kelemahan Otot
- Atropi otot

- US dengan Dosis = Tiap hari, Tranducer 5 cm, Continus , 5 mnt
- Exercise (Hold Relax
Kontras Relax
Mobilisasi ) dengan Dosis 1 x setiap hari, tahanan sedang, 10 kali Repetisi
-Strengthening dengan dosis 1 x setiap hari, tahanan sesuai toleransi pasien , 10 kali Repetisi
Ø LGS  Test Aktif
 S: 1200-00-70
Ø LGS Pre Test Pasif
S: 1300-00-50
Ø  Nyeri gerak + tahanan = 9
Ø  MMT
Quadriceps = 3 –
Hamstring  = 3
Ø  Circumferentia = 30 cm
2
Rabu / 13 Oktober 2010
- Nyeri Gerak + Tahanan
- Keterbatasan LGS
- Kelemahan Otot
- Atropi otot

- US dengan Dosis =Tiap hari, Tranducer 5 cm, Continus , 5 mnt
- Exercise (Hold Relax
Kontras Relax
Mobilisasi ) dengan Dosis 1 x setiap hari, tahanan sedang, 10 kali Repetisi
-Strengthening dengan dosis 1 x setiap hari, tahanan sesuai toleransi pasien ,10 kali Repetisi
Ø LGS  Test Aktif
 S: 1230-00-70
Ø LGS Pre Test Pasif
S: 1350-00-50
Ø  Nyeri gerak + tahanan = 7
Ø  MMT
Quadriceps = 3 –
Hamstring  = 3
Circumferentia = 30 cm
3
Kamis / 14 Oktober 2010
- Nyeri Gerak + Tahanan
- Keterbatasan LGS
- Kelemahan Otot
- Atropi otot

- US dengan Dosis =Tiap hari, Tranducer 5 cm, Continus , 5 mnt
- Exercise (Hold Relax
Kontras Relax
Mobilisasi ) dengan Dosis 1 x setiap hari, tahanan sedang, 10 kali Repetisi
-Strengthening dengan dosis 1 x setiap hari, tahanan sesuai toleransi pasien ,10 kali Repetisi
Ø LGS  Test Aktif
 S: 1200-00-70
Ø LGS Pre Test Pasif
S: 1300-00-50
Ø  Nyeri gerak + Tahanan = 7
Ø  MMT
Quadriceps = 3 –
Hamstring  = 3
Ø  Circumferentia = 30 cm
4
Jum’at / 15 Oktober 2010
- Nyeri Gerak + Tahanan
- Keterbatasan LGS
- Kelemahan Otot
- Atropi otot

- US dengan Dosis =Tiap hari, Tranducer 5 cm, Continus , 5 mnt
- Exercise (Hold Relax
Kontras Relax
Mobilisasi ) dengan Dosis 1 x setiap hari, tahanan sedang, 10 kali Repetisi
-Strengthening dengan dosis 1 x setiap hari, tahanan sesuai toleransi pasien , 10 kali Repetisi
Ø LGS  Test Aktif
 S: 1200-00-70
Ø LGS Pre Test Pasif
S: 1300-00-50
Ø  Nyeri gerak = 9
Ø  MMT
Quadriceps = 3 –
Hamstring  = 3
Ø  Circumferentia = 30 cm
5
Senin/ 18 Oktober 2010
- Nyeri Gerak + Tahanan
- Keterbatasan LGS
- Kelemahan Otot
- Atropi otot

US dengan Dosis =Tiap hari, Tranducer 5 cm, Continus , 5 mnt
- Exercise (Hold Relax
Kontras Relax
Mobilisasi ) dengan Dosis 1 x setiap hari, tahanan sedang,10 kali Repetisi
--Strengthening dengan dosis 1 x setiap hari, tahanan sesuai toleransi pasien , 10 kali Repetisi
Ø LGS Test Aktif
 S.4o- 0o – 140o
Ø LGS Test Pasif
 S.6o- 0o – 147o
Ø  Nyeri gerak = 7
Ø  MMT
Quadriceps = 3  
   Hamstring  = 3

6
Selasa/ 19 Oktober 2010
- Nyeri Gerak + Tahanan
- Keterbatasan LGS
- Kelemahan Otot
- Atropi otot

US dengan Dosis =Tiap hari, Tranducer 5 cm, Continus , 5 mnt
- Exercise (Hold Relax
Kontras Relax
Mobilisasi ) dengan Dosis 1 x setiap hari, tahanan sedang, 10 kali Repetisi
--Strengthening dengan dosis 1 x setiap hari, tahanan sesuai toleransi pasien , 10 kali Repetisi
Ø LGS  Test Aktif
 S: 1420-00-30
Ø LGS Pre Test Pasif
S: 1490-00-20
Ø  Nyeri Gerak + Tahanan = 6
Ø  MMT
Quadriceps = 3
Hamstring  = 3 +
Ø  Circumferentia = 33 cm
7
Jum’at/ 22 Oktober 2010
- Nyeri Gerak + Tahanan
- Keterbatasan LGS
- Kelemahan Otot
- Atropi otot

US dengan Dosis =Tiap hari, Tranducer 5 cm, Continus , 5 mnt
- Exercise (Hold Relax
Kontras Relax
Mobilisasi ) dengan Dosis 1 x setiap hari , tahanan sedang, 10 kali Repetisi
-Strengthening dengan dosis 1 x setiap hari, tahanan sesuai toleransi pasien , 10 kali Repetisi
Ø LGS  Test Aktif
 S: 1420-00-30
Ø LGS Pre Test Pasif
S: 1490-00-20
Ø  Nyeri Gerak + Tahanan = 6
Ø  MMT
Quadriceps = 3
Hamstring  = 3 +
Ø  Circumferentia = 33 cm


BAB V
PENUTUP
1.       Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa :
a)      Fraktur merupakan suatu keadaan dicontinuetas pada tulang baik sebagian maupun seluruhnya.
b)      Fraktur dapat disebabkan oleh adanya trauma baik secara langsung maupun tidak langsung.
c)       Fraktur knee dapat diklasifikasikan dalam 4 tipe yakni fraktur kominutif, fraktur transversal , Fraktur Vertikal , dan Fraktur Lower Pole
d)      Fisioterapi memiliki peran penting dalam penanganan kondisi Post op fraktur.

2.       Saran
a)      Bagi Pasien diharapkan agar tidak putus asa dan lebih meningkatkan keyakinan dan semangat dalam melakukan latihan.
b)      Bagi Keluarga pasien, diharapkan lebih memotivasi pasien dalam membantu proses penyembuhan serta pengetahuan tentang hal-hal yang harus dan tidak boleh dilakukan oleh pasien.
c)       Bagi Fisioterapis diharapkan untuk lebih mengetahui kasus dan penanganan pasien khususnya kondisi fraktur secara sistematis.








DAFTAR PUSTAKA
  1. Appley A. Graham dan Louis Solohon, 1995. “Fraktur System Appley” edisi 7. Widya Medica.
  2. Rasyad Chairuddin, 1998. “Ilmu bedah Orthopedi”. Bintang Lamampatue. Makassar.
  3. Materi Kuliah Biomekanik  Knee  Sudaryanto.S.St.Ft
  4. http://www.theodora.com/anatomy/the_patella.html
  5. http://seripayku.blogspot.com/2008/04/lutut-dan-permasalahannya.html
  6. http://arif-sugiri.blogspot.com

2 komentar:

  1. pada saat minggu ke 0-2, apakah bisa diberikan brace pada knee untuk ekstensi penuh?? bila bisa, pada minggu keberapa sebaiknya pemasangan brace dapat dilakukan? terimakasi sebelumnya :)

    -Dewi-

    BalasHapus
  2. blum bisa Wi...
    karena pemulihan pada 0-2 minggu setelah pemasangan plat n screw itu harus full bed rest...
    agar mempercepat pemulihan tulang yang telah patah....
    karena brace bs menyebabkan tekanan pada jaringan jd bs mengakibatkan gangguan aliran darah pada knee nantinya...

    BalasHapus